Nabi Dan Nazir Masa Kini
Amos 2:11-12
Teguran orang yang bijak adalah seperti cincin emas dan hiasan kecana untuk telinga yang mendengar.
- Amsal 25:12
Novelis Amerika George R. R. Martin mengatakan, “Ketika Anda memotong lidah seseorang, Anda tidak membuktikan ia adalah penipu. Sebaliknya, Anda hanya membuktikan kepada dunia bahwa Anda takut akan apa yang ia akan katakan.” Hal inilah yang terjadi di bagian yang kita baca hari ini. Tuhan membangkitkan para nabi untuk menegur kesalahan orang-orang Israel, serta nazir-nazir untuk menjadi teladan mereka. Nabi adalah penyambung lidah Allah, sementara nazir adalah orang-orang yang menjaga kesucian hidup (seperti misalnya Simson, Samuel, dan Yohanes Pembaptis) di hadapan Tuhan.
Namun, apa yang orang-orang Israel lakukan kepada mereka? Mereka menggoda pada nazir untuk melanggar kesucian hidup mereka dengan memberi mereka minum anggur. Dengan kata lain, mereka tidak hanya tidak ingin teladan. Mereka ingin orang-orang yang lebih baik daripada mereka jatuh ke level mereka. Terhadap para nabi, mereka menutup mulut mereka (nantinya di pasal 7, kita akan melihat bagaimana hal ini pun terjadi pada Amos). Mengapa demikian? Karena memang secara natur, manusia tidak suka diberitahu kalau mereka salah. Mereka tidak suka menerima teguran.
Dalam hidup sehari-hari, tentunya kita tidak selalu sempurna. Ada kalanya kita jatuh, entah disengaja maupun tidak. Tuhan menempatkan orang-orang di sekeliling kita untuk menegur dan menjadi teladan. Orang-orang yang berlaku jujur di dalam hal keuangan, sahabat atau keluarga atau rekan gereja yang mengingatkan kesalahan kita, dan lain sebagainya. Namun, kepada orang-orang yang harusnya menjadi teladan, kita mencibir, “Ah, dia mah terlalu alim!” Sementara kepada orang yang menegur kita, respons kita biasanya adalah berdalih, bahkan menyerang balik orang, apalagi kalau penegur itu lebih muda, misalnya anak-anak kita.
Tentu saja, ada orang-orang yang memang iri dan sengaja mengkritik untuk menjatuhkan kita. Namun, orang-orang yang mengasihi kita dan hidup dekat dengan Tuhan tentunya menginginkan yang terbaik untuk kita dan bisa jadi penyambung lidah Tuhan Yesus Kristus bagi kita. Marilah bijak menanggapi teguran dan terbuka terhadap masukkan dari orang lain.
Refleksi diri:
- Bagaimana Anda berespons terhadap teguran dan kritik, apalagi jika disampaikan oleh orang yang hidup dekat dengan Tuhan?
- Apakah Anda cenderung mendengarkan dan mempertimbangkan atau langsung menepisnya dan berdalih?