Orang Fasik Tetap Tidak Bertobat
Wahyu 9:13-21
Tetapi manusia lain, yang tidak mati oleh malapetaka itu, tidak juga bertobat dari perbuatan tangan mereka.” —Wahyu 9:20a
Batu es tidak akan meleleh karena dipukul, tetapi karena dipanaskan. Hati yang keras dan dingin tidak akan bertobat karena dihukum, tetapi hanya sentuhan kasih yang hangat dan lemah lembut yang mampu melakukannya. Kebenaran ini terungkap jelas dalam bagian kedua Wahyu 9.
Wahyu 9 mencatat bagaimana T uhan Allah menjatuhkan hukuman kepada orang-orang fasik. Pada waktu sangkakala keenam ditiup, malapetaka datang kepada manusia dalam bentuk perang. Tidak jelas perang apa yang dimaksudkan. Pertama, Alkitab mencatat bahwa T uhan “melepaskan keempat malaikat yang terikat dekat sungai besar Efrat itu” (ay. 14).
Ini adalah malaikat-malaikat jahat. Mereka diizinkan untuk mendatangkan bencana perang.
Daerah “dekat sungai besar Efrat” secara literal tidak harus daerah Timur T engah. Pada zaman purba, daerah sungai Efrat adalah wilayah Asyur atau Babilon, yang merupakan simbol kekuatan si Jahat. Perang ini dahsyat sekali dan akan membunuh sepertiga umat manusia (ay. 15). Namun, sekali lagi perlu diperhatikan bahwa semua gambaran ini adalah simbol, bukan literal. Dua puluh ribu laksa pasukan berkuda (ay. 16), penunggang kuda berbaju zirah merah, biru, dan kuning, kepala kuda seperti kepala singa, mulutnya keluar api, asap, dan belerang (ay. 17), semua ini adalah simbol-simbol saja. Hanya menggambarkan betapa banyak tentara dan dahsyatnya peralatan perang mereka.
Poin paling utama dalam bagian ini adalah sekalipun T uhan Allah telah mengirimkan hukuman dengan mengizinkan si Jahat untuk merancangkan malapetaka perang bagi manusia, akan tetapi mereka “yang tidak mati oleh malapetaka itu, tidak juga bertobat dari perbuatan tangan mereka”. Hukuman tidak membuat mereka bertobat, sebaliknya “mereka tidak berhenti menyembah roh-roh jahat dan berhala-berhala” (ay. 20). Mereka tidak berpaling kepada Allah yang sejati, tetapi bersikukuh dengan penyembahan berhala mereka.
Orang-orang Kristen harus bersyukur atas anugerah T uhan yang dalam Yesus Kristus telah melembutkan hati mereka untuk bertobat. Pertobatan bukan karena dipaksa dengan hukuman, tetapi oleh sentuhan kasih Kristus yang telah mati bagi setiap kita yang beriman kepada-Nya.
Refleksi Diri:
• Apakah Anda sudah bersyukur atas anugerah keselamatan yang Allah telah berikan melalui Kristus?
• Siapa sanak keluarga, kerabat atau teman yang ingin Anda doakan sehingga mereka bisa merasakan sentuhan kasih Yesus Kristus