Orangtua Pilih Kasih
Kejadian 37:1-11
Israel lebih mengasihi Yusuf dari semua anaknya yang lain, sebab Yusuf itulah anaknya yang lahir pada masa tuanya; dan ia menyuruh membuat jubah yang maha indah bagi dia. —Kejadian 37:3
Setiap orangtua pasti menyayangi anak mereka dan berharap dapat berlaku adil terhadap semua anaknya. Namun di dalam sikap terhadap anak-anak, secara tidak sengaja, kita bisa memperlakukan anak secara berbeda. Contohnya, orangtua cenderung memiliki anak favorit dari semua anak-anaknya. Sikap ini tanpa sadar bisa membuat anak yang kurang disukai berpikir, orangtuanya pilih kasih. Menurut survei yang dilakukan oleh situs Mamamia, sebanyak 85% ibu lebih menyukai satu anak tertentu dibanding anak yang lain.
Tentu sikap ini mengakibatkan hal buruk bagi anak-anak. Menurut konselor Yelena Gidenko, Ph. D., anak yang kurang disukai akan merasa dikalahkan dan tidak dimotivasi karena kurang mendapat dukungan dari orangtuanya. Selain itu, anak akan mengalami depresi, pemarah bahkan diliputi oleh kebencian dan kecemburuan. Anak juga akhirnya memiliki rasa percaya diri yang rendah. Terlebih lagi ketika ia mencoba sekuat tenaga untuk mendapatkan perhatian dan pujian dari orangtuanya, tetapi tetap saja mendapatkan perlakuan tidak adil. Seumur hidupnya mungkin anak ini akan merasa tidak berguna.
Inilah yang terjadi di dalam keluarga Yakub. Yakub menjadikan Yusuf sebagai anak favoritnya karena lahir dari Rahel, istri yang paling dikasihinya. Sebagai wujud sayangnya kepada Yusuf, Yakub membuatkan jubah maha indah. Tindakan Yakub yang pilih kasih terhadap anak-anaknya mengakibatkan saudara-saudara Yusuf membencinya dan tidak mau menyapa dengan ramah. Ditambah lagi dengan kisah mimpi Yusuf, mereka menjadi iri hati dan akhirnya merancangkan yang jahat, menangkap Yusuf, memasukkan ke dalam sumur dan menjualnya kepada orang Midian (Kej. 37:12-36).
Sebagai orangtua, janganlah kita bersikap pilih kasih terhadap anak-anak. Kedekatan memang diperlukan tetapi jangan sampai ada perlakuan berbeda terhadap salah satu anak. Kita harus mencurahkan kasih sayang secara adil kepada semua anak. Kita harus menjadi sahabat dan tempat mereka mencurahkan isi hati. Hendaklah kita menjadi pahlawan bagi mereka sehingga anak-anak kita bagaikan anak panah yang melesat ke depan, menjadi anak-anak yang diberkati Tuhan di tangan kita, sang pahlawan mereka (Mzm. 127:4).
Refleksi Diri:
- Bagaimana perlakukan Anda terhadap anak-anak? Sudahkah Anda berlaku adil?
- Apa yang Anda lakukan bagi anak-anak sehingga mereka bisa melesat bagaikan anak panah di tangan pahlawan?