Pelesetan
Zefanya 2:4-7
Kenangan kepada orang benar mendatangkan berkat, tetapi nama orang fasik menjadi busuk.
- Amsal 10:7
Kreatif. Sebuah kualitas yang penting bagi manusia. Salah satu ekspresi kekreatifan adalah mempelesetkan nama. Saya pernah menjumpai sebuah warung tahu petis bernama Tahoo! mirip dengan nama situs terkenal Yahoo!
Di dalam bahasa Ibrani, bahasa asli Perjanjian Lama, bagian yang kita baca penuh dengan pelesetan nama. Nama Gaza (ay. 6a) dalam bahasa aslinya adalah azzah (artinya kuat) akan menjadi azubah (ditinggalkan). Ekron (ay. 6b, berarti berakar dalam) akan menjadi teaker (secara literal berarti dicabut dan diterjemahkan LAI dengan dibongkar-bangkirkan). Kreti (ay. 7, berarti pemotong) akan menjadi keroth (secara literal berarti galian atau sumur dan diterjemahkan LAI dengan tempat kediaman). Asdod (ay. 6b) yang berasal dari akar kata shadad (artinya penghancur) akan dihancurkan juga sehingga penduduknya terusir.
Tidaklah heran bangsa-bangsa ini memilih nama dengan arti yang menyiratkan keperkasaan mereka. Mereka ingin musuh-musuh mereka takut hanya dengan mendengar nama saja. Tidak hanya sampai kepada nama, tindakan mereka juga menunjukkan keberingasan. Menyerang, menjarah, memperbudak, dan merampasi kerajaan-kerajaan lain—termasuk terhadap umat Tuhan—menunjukkan bahwa nama mereka bukan hanya sekadar nama.
Namun, di hadapan Tuhan yang Maha Perkasa, nama bangsa-bangsa itu tidak ada artinya. Tuhan sendiri melalui perantaraan Zefanya mempelesetkan nama-nama mereka menjadi nasib yang akan menimpa mereka. Mereka telah berbuat beringas dan kejam terhadap sesama manusia dan terutama kepada umat Tuhan! Tidak heran bahwa mereka pun akan menerima hukuman.
Tentu saja renungan hari ini bukan mengajari Anda bagaimana cara memelesetkan nama dengan kreatif. Pelajaran yang kita petik dari bagian tentang Tuhan mempelesetkan nama adalah bahwa Dia dapat menunggangbalikkan keadaan mereka yang sombong dengan mudah. Yang kuat, berakar dalam, pemotong, dan penghancur akan ditinggalkan, dicabut, menjadi galian dan dihalau penduduknya. Tidak hanya nama mereka dipelesetkan, mereka pun pada akhirnya akan terpeleset dan jatuh. Di satu sisi, ini adalah penghiburan untuk kita yang tengah mengalami ketidakadilan di bawah orang-orang yang berjaya.
Di lain pihak, ini juga peringatan bagi kita yang merasa nyaman dan makmur berenang di tengah kubangan dosa. Kita tidak mau nama kita dipelesetkan, bukan?
Refleksi Diri:
- Bagaimanakah Anda menjalani hidup dan dimana posisi hidup Anda saat ini?
- Apakah tindakan kita—sebagai orang yang menamakan diri Kristen—mencerminkan nama tersebut atau justru kebalikannya?