Penderitaan Membuat Lebih Kuat
1 Petrus 5:1-11
Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu
dalam Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi,
meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan kamu, sesudah kamu
menderita seketika lamanya.
- 1 Petrus 5:10
Friedrich Nietzsche, filsuf Jerman, mengatakan, “Apa pun yang tidak membunuhsaya, akan membuat saya lebih kuat.” Maksud Friedrich mengucapkan ini adalah seseorang bisa bertumbuh menjadi pribadi yang lebih kuat, lebih baik, lebih cerdas melalui penderitaan yang dialaminya. Penderitaan apa pun jenisnya, seberat apa pun, sejauh tidak merenggut nyawa, akan membuat hidup manusia lebih kokoh. Tentu ada syaratnya, yaitu disikapi dengan benar dan tepat. Coba bandingkan dengan pepatah Indonesia, “Pengalaman adalah guru yang terbaik.” Melalui pengalaman (apalagi yang pahit), kita belajar hal-hal baru yang menjadikan diri kita lebih baik.
Rasul Petrus berbicara tentang penderitaan sebagai bagian dari perjalanan iman. Panggilan ikut Tuhan Yesus mencakup panggilan menderita bersama Tuhan Yesus. Jalan menuju mahkota kemuliaan adalah jalan salib. Dalam perjalanan itu, Allah akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan, dan mengokohkan kita. Kita bertambah kuat bukan karena kesanggupan kita tetapi karena kesanggupan dari Allah. Jadi faktor utama dari bertambah kuatnya diri kita bukan dari dalam diri kita sendiri, juga bukan karena kita berhasil menarik pelajaran dari pengalaman tersebut, tetapi dari Allah, Sumber segala kasih karunia. Dia “empunya kuasa sampai selama-lamanya.” (ay. 11). Bahkan di dalam penderitaan yang paling berat pun, karunia Allah tidak pernah habis, seperti sumur yang tidak pernah kering.
Penderitaan memang buruk tetapi kalau harus dialami, ya, hadapi saja. Kalau kita mencoba menghindarinya pun terkadang tetap tidak bisa. Rasul Petrus menyebut Iblis sebagai salah satu penyebab penderitaan. Sikap kita seharusnya, “Lawanlah dia dengan iman yang teguh.” (ay. 9).
Apa pun penderitaannya, siapa pun penyebabnya, jangan menyerah tetapi lawan dengan iman yang teguh. Pada saat yang sama, kita seharusnya berserah di bawah tangan Tuhan Yesus yang kuat, yang memelihara kita (ay. 7). Jika disikapi dengan benar, penderitaan tidak akan menghancurkan hidup kita, tetapi akan membuat kita lebih kuat.
Refleksi Diri:
- Apa penderitaan di masa lalu yang pernah Tuhan izinkan terjadi yang justru membuat Anda semakin kuat?
- Bagaimana Anda dapat melewati penderitaan tersebut? Apa pertolongan yang Yesus lakukan sehingga Anda kuat mengatasinya?