Pengantara
Zakharia 3:6-10
Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus,
- 1 Timotius 2:5
Fakta menarik tentang Perjanjian Lama: jabatan imam besar tidak dapat dibandingkan dengan jabatan hamba Tuhan.
Pada bagian ini kita membaca mengenai janji Tuhan kepada Imam Besar Yosua. Jika ia dan keturunannya taat maka mereka akan tetap menjadi imam yang melayani bait Allah (ay. 7). Namun, apa yang kita temukan ketika membaca kitab-kitab Injil? Rupanya, imam-imam di masa Tuhan Yesus begitu bobroknya, sampai-sampai mengizinkan pelataran bait Allah dipakai berjualan dengan tidak jujur (Mat. 21:12-13)! Akhirnya, pada tahun 70 sesudah masehi ketika bait Allah dihancurkan oleh Romawi, sistem keimaman pun tidak ada lagi.
Bukankah justru ini hal yang baik? Mungkin kita berpikir demikian. Toh mereka orang-orang yang korup! Masalahnya adalah, imam besar memiliki tugas yang sangat penting! Di dalam PL, imam besar adalah pengantara antara Tuhan dan umat-Nya! Itulah sebabnya mereka adalah satu-satunya yang boleh masuk ke dalam Ruang Maha Kudus di bait Allah. Itu pun hanya setahun sekali untuk membawa persembahan dan memohon Tuhan mengampuni Bangsa Israel. Jika tidak ada imam, siapakah yang dapat menjadi pengantara kita?
Untungnya bagi seluruh umat Tuhan, nubuatan ini bukan nubuatan bersyarat saja, tetapi juga nubuatan anugerah. Entahkah keturunan Yosua taat atau tidak, Tuhan berjanji akan mendatangkan Sang Tunas (ay. 8), yakni Mesias. Jadi, kalaupun keturunan Yosua tidak taat, umat Tuhan (termasuk kita di dalamnya) masih memiliki Imam Besar yang tidak lain dan tidak bukan adalah Tuhan Yesus sendiri (Ibr. 4:14)!
Merupakan hal yang wajar untuk minta tolong orang lain, misalnya hamba Tuhan, untuk mendoakan. Masalahnya adalah apa yang menjadi dasar tindakan kita? Apakah suatu anggapan bahwa perlu pengantara antara kita dan Tuhan? Di sepanjang sejarah bahkan sampai hari ini, praktik menjadikan manusia khususnya orang-orang suci sebagai pengantara kepada Tuhan terjadi. Ini sama sekali tidak Alkitabiah.
Ketika Anda meminta didoakan orang lain, ingatlah bahwa Tuhan pun ingin mendengar doa yang keluar dari mulut Anda. Datanglah kepada Tuhan sebelum minta orang lain mendoakan. Telinga Tuhan tidak hanya untuk orang-orang suci.
Refleksi Diri:
- Apakah Anda pernah meminta orang lain, khususnya rohaniawan, untuk mendoakan Anda? Apa yang menjadi alasan Anda melakukannya?
- Apakah Anda sendiri sudah datang kepada Tuhan Yesus yang adalah Pengantara kita sebelum meminta didoakan?