Penghakiman adalah hak Allah
Roma 2:1-5
Karena itu, hai manusia, siapa pun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam meghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama.
- Roma 2:1
Manusia lebih mudah melihat kekurangan/kesalahan daripada melihat kelebihan/kebenaran orang lain. Paulus mengutarakan orang umumnya menghakimi berdasarkan standar yang dibuatnya sendiri. Manusia lebih sering memandang dirinya benar sehingga membuat dirinya senang menghakimi.
Orang Yahudi merupakan golongan yang dibicarakan Paulus pada bagian ini (bdk. Rm. 2:17-18). Mereka memandang diri hebat, memahami Taurat, dan termasuk umat pilihan Allah. Sementara orang non Yahudi dipandang rendah, sebagai orang berdosa. Bagi Paulus, penghakiman yang dilakukan orang Yahudi terhadap orang non Yahudi tidaklah benar. Orang Yahudi perbuatannya tidak lebih baik dari orang non Yahudi yang tidak memiliki Taurat. Mereka tidak imun terhadap dosa. Orang Yahudi menghakimi orang lain, tapi mereka sendiri melakukan apa yang dihakiminya. Ini sangat menyedihkan.
Yohanes 8:2-11 menceritakan seorang perempuan kedapatan berbuat zinah. Ia dihakimi oleh orang-orang Farisi dan ahli Taurat dengan cara dibawa ke hadapan Yesus dan mereka menuntutnya dihukum rajam sesuai ketentuan Taurat. Mereka sebenarnya berniat menjebak Yesus dengan pertanyaan tersebut. Yesus dengan penuh hikmat berkata, “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” Mendengar jawaban Yesus, satu per satu mereka meninggalkan perempuan itu karena memang tidak satu pun dari mereka tidak pernah tidak berbuat kesalahan.
Hanya Tuhan yang bisa memberi penghakiman dengan jujur dan adil. Standar penghakiman adalah milik Tuhan, bukan manusia. Dia menghakimi orang atas apa yang dilakukannya. Tuhan berhak memberikan penghakiman karena Dia adalah Allah yang kudus. Allah memberi penghakiman sesuai standar-Nya. Allah tidak melakukan perbuatan apa yang Dia hakimi.
Saudaraku, menghakimi orang lain bukanlah hak kita. Menghakimi orang lain adalah hak Allah. Tidak seorang pun manusia yang hidup di dunia ini bisa luput dari kesalahan. Mari kita belajar seperti yang dikatakan Yesus dalam Matius 7:3, “Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui?”
Refleksi Diri:
- Jika Anda merasa lebih benar/baik dari orang lain, apa yang Anda lakukan?
- Apa langkah yang Anda akan ambil supaya tidak menghakimi orang tersebut?