Penolakan Demi Penolakan
Markus 6:1-5
Maka Yesus berkata kepada mereka: “Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri, di antara kaum keluarganya dan di rumahnya.”
- Markus 6:4
Penolakan terasa menyakitkan. Mengapa? Para ahli ilmu syaraf otak melakukan riset dengan menempatkan orang-orang di mesin scanning otak (MRI). Mereka kemudian diminta mengingat penolakan yang baru-baru ini mereka alami. Hasilnya, para ahli menemukan area-area di otak yang menjadi aktif ketika seseorang mengalami penolakan, sama dengan area-area dimana orang itu mengalami rasa sakit secara fisik. Bahkan suatu penolakan kecil pun bisa menyakitkan lebih dari yang kita pikirkan karena secara literal memang menimbulkan rasa sakit.
Yesus Kristus adalah pencipta alam semesta yang menjadi manusia untuk menebus ciptaan-Nya. Namun manusia, sebagai ciptaan-Nya yang dibentuk sesuai dengan gambar-Nya, terus-menerus menolak-Nya. Setelah menyampaikan khotbahnya yang pertama di kota Nazaret (yang merupakan daerah tempatnya bertum-buh besar), Yesus langsung mengalami penolakan. Orang-orang yang hadir heran dengan apa yang diucapkan-Nya dan berkata, “Bukankah Ia ini anak Yusuf?” Di akhir khotbahnya, mereka dengan marah menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung untuk melemparkan-Nya dari tebing itu (Luk. 4:29).
Yakobus sebagai saudaranya pun tidak memahami Yesus. Baru setelah kematian dan kebangkitan Yesus, ia percaya dan menjadi pemimpin gereja di Yerusalem. Ketika Yudas Iskariot mengkhianati-Nya, sebagai manusia Yesus pasti terluka karena Yudas adalah salah seorang dari dua belas murid-Nya yang juga merupakan para sahabat-Nya. Di momen ketika Yudas mencium Yesus di Taman Getsemani, Yesus pasti sudah tahu bahwa sahabat-Nya itu telah menyerahkan-Nya untuk mengalami siksaan, penghinaan, dan kematian.
Jika Anda pernah ditolak, tidak mendapat pengakuan dari saudara, teman, bahkan orangtua Anda, ingatlah penolakan paling ultimat yang dialami Yesus saat di kayu salib, sampai berseru “Allah-Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Mat. 27:46). Ini adalah momen ketika Allah Bapa menolak Yesus karena Dia menanggung dosa-dosa manusia yang seharusnya ditanggung oleh kita (Yes 53:5).
Yesus yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita (2Kor. 5:21). Yesus mati sebagai yang ditinggalkan dan ditolak, supaya kita tidak akan pernah ditinggalkan dan ditolak oleh-Nya. Berterimakasihlah kepada-Nya.
Refleksi Diri:
- Apakah Anda pernah/sedang merasa tertolak? Bagaimana perasaan Anda?
- Apakah Anda sudah datang kepada Yesus yang tidak akan menolak Anda, bagaimana pun keadaan Anda?