Perbantahan menjauhkan ketenteraman
Amsal 17
Lebih baik sekerat roti yang kering disertai dengan ketentraman, dari pada makanan daging serumah disertai dengan perbantahan.
- Amsal 17:1
Perhatikan ayat emas di atas. Kita bisa temukan perbandingan kontras antara: sekerat dengan serumah; roti kering dengan daging; tenteram dengan perbantahan.
Sekerat itu hanya dua tiga gigitan habis. Sedangkan daging serumah perlu dua tiga ribu gigitan dan itu pun belum tentu habis. “Daging serumah” mengacu pada kelimpahan, pesta yang penuh dengan makanan. Berlimpah ruah dan sangat enak di mulut, tapi ujungnya perbantahan. Perbantahan dalam bahasa Ibrani menggunakan kata “rib”. Kata ini erat kaitannya dengan harta yang melimpah, yang didapat melalui pencapaian dalam hidup, kekuasaan, jabatan, kepandaian atau pengalaman. Semua ini seringkali membuat binasa karena merasa diri punya kuasa, punya pengalaman, dan kecerdasan. Ego jadi besar, I’m somebody, karena biasa dicari orang untuk dimintai pendapat. Orang-orang datang minta bantuan, akhirnya merasa diri selalu benar.
Bangsa Israel berbantah di mana? Di Me”rib”a (baca: Meriba), mereka berani berbantah dengan Musa utusan Tuhan dan juga berani menyalahkan Tuhan. Ketika mau minum air, tapi tidak ditemukan air, mereka langsung berbantah. Mereka merasa diri benar, sebagai umat pilihan berhak diutamakan, diperlakukan khusus, dipenuhi ini-itu. Punya manna, daging, tiang awan dan tiang api, merasa begitu dilayani Allah. Mereka tidak pernah berterima kasih.
Perbantahan bisa terjadi karena jeli melihat yang hal negatif dari orang/situasi, tapi tidak jeli melihat hal positif. Perbantahan muncul akibat tidak ada ucapan syukur dan sulit merasa puas. Orang yang demikian mau dapat daging serumah pun tetap saja tidak puas. Rewel, suka merengek, penuh dengan aura negatif, hidup dengan kepahitan dan keluhan, itulah cirinya. Sungguh tidak enak hidup dengan orang yang demikian, walaupun harta melimpah, makanan tumpah ruah, tapi terus dicela kekurangannya.
Aah, memang lebih baik sekerat roti karena masalah utamanya bukan pada roti atau daging sekerat atau serumah, dan sedikit atau banyak. Namun, pada sikap hati kita yang tahu diri atau tidak, ada ucapan syukur atau tidak. Itu yang menjadi masalah utamanya!
Refleksi Diri:
- Apakah ada perbantahan di dalam hidup Anda yang disebabkan oleh hal-hal disebutkan di atas?
- Bagaimana Anda akan bersikap untuk mengatasi timbulnya perbantahan?