Perbedaan Yang Mempersatukan
Efesus 4:1-6
Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera:
- Efesus 4:3
Salah satu pelajaran yang saya rindukan ketika di Sekolah Dasar adalah kesenian. Kami diajarkan menyanyi lagu-lagu kebangsaan Indonesia. Salah satu liriknya berbunyi demikian: Dari Sabang sampai Merauke, berjajar pulau-pulau. Sambung menyambung menjadi satu, itulah Indonesia.
Kita harus bersyukur karena Tuhan menempatkan kita di Indonesia, sebuah negara yang menurut saya sangat unik dan istimewa. Selain kekayaan alam, pemandangan indah yang terbentang luas, kita juga hidup di lingkungan masyarakat yang sangat majemuk. Meskipun ada ratusan bahasa daerah, ribuan suku berbeda, enam agama resmi yang diakui pemerintah, dan banyak perbedaan-perbedaan lainnya, tetapi kita tetap satu, yaitu Indonesia. Semua itu diperkuat dengan semboyan bangsa, yaitu Bhineka Tunggal Ika yang artinya berbeda-beda tetap satu jua (unity in diversity). Ini sangat patut kita syukuri.
Perbedaan kerap kali menjadi faktor utama dalam suatu konflik sehingga menyebabkan perpecahan. Hal itu terjadi karena kita seringkali memaksakan suatu perbedaan yang harus menjadi satu kesamaan atau keseragaman. Berbeda tentu tidak bisa disamakan, seperti kaca dan plastik yang berbeda, selamanya kaca tidak bisa menjadi plastik. Sebaliknya, plastik tidak bisa menjadi kaca karena memang berbeda. Namun, keduanya bisa disatupadukan menjadi satu kesatuan benda baru lain yang berfungsi dan bermanfaat.
Perbedaan bisa hidup dengan rukun dan bersatu. Rasul Paulus mengajarkan agar kita bisa hidup rukun dan bersatu dengan cara melihat dan mengakui hal-hal yang mempersatukan. Alih-alih mencari perbedaan dan memaksakan untuk sama, kita justru diajar untuk mencari dan mengakui perbedaan-perbedaan yang mempersatukan kita.
Sama seperti kehidupan bernegara di Indonesia, kita diikat dengan hal-hal yang mempersatukan, yaitu bahasa nasional, bahasa Indonesia. Kita semua berbangsa dan bertumpah darah satu, yaitu bangsa dan tumpah darah Indonesia. Karena itu, di dalam kehidupan bergereja, kita juga diajak untuk melihat bahwa kita dipersatukan oleh kesatuan Roh. Kita semua adalah satu tubuh, satu Roh, satu pengharapan, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa.
Persatuan di gereja dan antar umat gereja sangat mungkin terjadi, tetapi kita semua harus bekerja keras. Setiap umat Tuhan harus berusaha memelihara persatuan dengan cara mengembangkan kerendahan hati, kelemahlembutan, dan kesabaran. Jadi, mari mulai sekarang, fokus pada hal-hal yang mempersatukan kita supaya kesatuan gereja Tuhan dapat terjadi.
Refleksi Diri:
- Apa hal-hal yang bisa membuat relasi antar jemaat di gereja Anda bisa terpecah?
- Bagaimana usaha Anda dan/atau pengurus jika terjadi perpecahan di antara jemaat gereja?