Persembahan yang Benar
Kejadian 4:1-16
tetapi Kain dan korban persembahannya tidak diindahkan-Nya. Lalu hati Kain menjadi sangat panas, dan mukanya muram. Firman TUHAN kepada Kain: "Mengapa hatimu panas dan mukamu muram?" Kejadian 4:5,6
Kain dan Habel sama-sama memberikan korban persembahan kepada Allah. Kain yang seorang petani mempersembahkan sebagian dari hasil tanahnya kepada Allah (ay. 3). Habel yang seorang penggembala juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya (ay. 4). Namun, Alkitab menyatakan bahwa Tuhan mengindahkan persembahan Habel, sementara persembahan Kain tidak diindahkan-Nya. Ini membuat muram Kain dan hatinya menjadi panas.
Mengapa Allah tidak mengindahkan persembahan Kain? Kalau kita teliti, Tuhan terlebih dahulu memperhatikan pribadi, setelah itu baru persembahannya. Siapa yang memberikan persembahan itu menjadi perhatian utama Tuhan, jauh lebih penting daripada persembahannya sendiri. Allah tidak mengindahkan persembahan Kain karena ia mempersembahkannya tidak disertai dengan iman yang benar dan pengabdian kepada kebenaran (bdk. Ibr. 11:4). Alkitab mencatat, Habel mempersembahkan dengan iman maka diperkenan Tuhan. Karena iman, Habel telah mempersembahkan kepada Allah korban yang lebih baik daripada korban Kain. Dengan jalan itu ia memperoleh kesaksian bagi dirinya, bahwa ia benar karena Allah berkenan akan persembahannya itu.
Mempersembahkan dengan iman adalah memberi persembahan dengan hati yang rela dan jujur, serta hanya untuk menyenangkan Tuhan. Persembahan dilakukan bukan sekadar ritual ibadah belaka. Persembahan dinaikkan kepada Tuhan bukan untuk pamer kepada sesama dan bukan karena memberi banyak terus ingin dipuja dan dituruti oleh orang lain. Persembahan yang dinilai Tuhan bukanlah dari jumlah persembahannya, melainkan dari motivasinya dalam memberi persembahan.
Saudaraku, besar kecilnya persembahan kita memang tidak menjadi ukuran besar kecilnya iman dan rasa syukur kita pada Tuhan Yesus, tetapi besar kecilnya iman dan rasa syukur kita kepada Yesus akan nampak melalui apa yang kita persembahkan kepada-Nya. Ingatlah, kebahagiaan tergantung pada apa yang dapat kita berikan, bukan pada apa yang kita peroleh. Kebahagiaan tidak tergantung pada jumlah berkat yang telah kita terima sepanjang hidup, tetap tergantung pada jumlah berkat yang kita bagi dan berikan kepada Tuhan dan sesama.
Salam persembahan yang benar.
PERSEMBAHAN YANG BENAR DI HADAPAN ALLAH DATANG DARI HATI YANG TULUS DAN MOTIVASI YANG BENAR.