Persembahan yang terbaik
Lukas 21:1-4
Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya.
- Lukas 21:4
Pada zaman itu memberi persembahan dilakukan dengan memasukkannya ke kotak persembahan yang disediakan di depan. Yesus memperhatikan satu per satu orang yang membawa persembahan sampai pada janda yang memberi uang dua peser. Kira-kira jumlahnya seperduapuluh dari upah harian buruh. Keyakinan saya, dua peser yang diberikan janda itu pasti bukan uang sisa atau kembalian setelah membeli sesuatu. Tidak! Ia memang cuma punya dua peser dan itu adalah seluruh nafkahnya.
Hidup janda ini begitu akrab dengan kekurangan. Mungkin ia sudah terbiasa melupakan rasa lapar. Ia bukan hidup pas-pasan tapi minim, sangat berkekurangan. Dalam kondisi tak terperi, toh ia masih memberi persembahan. Berapa? Seluruhnya! Ia tak pernah memikirkan perutnya yang kosong. Ah, janda itu telah membuat saya malu, saya harus belajar kepadanya.
Mama saya juga seorang janda miskin. Sejak umur empat tahun, saya ikut berkeliling membantu mama menjual pisang goreng. Satu hari, majelis gereja ingin memberi saya dana diakonia untuk sekolah. “Nak, kita jangan menerima bantuan gereja, masih banyak orang membutuhkannya. Yuk, kita kerja keras supaya bisa memberikan kepada Yesus melalui gereja-Nya.” Mama menanamkan prinsip, lebih baik memberi daripada menerima. Bagi saya, masa kecil bukanlah masa suram, tapi justru salah satu yang terindah dalam hidup saya.
Tuhan Yesus adalah teladan dalam memberi yang terbaik. Dia memberi atas dasar kasih. Dia mengorbankan diri-Nya supaya kita selamat. Persembahan hidup yang membebaskan kita.
Alkitab mengajari kita beberapa kata yang berhubungan dengan persembahan terbaik. Persembahan terbaik adalah yang pantas (khelev). Berapa yang pantas kita berikan untuk menyukakan Tuhan? Persembahan terbaik juga dipilih khusus untuk menghormati Tuhan (zimrah) yang lahir dari cinta kasih yang begitu besar kepada Yesus (reshit) sehingga apa pun kita rela diberikan. Persembahan terbaik adalah yang membuat Allah sebagai Raja berkenan menerima upeti (zao eureatos) dari kita, rakyatnya.
Kita bisa memberi tanpa mengasihi, tapi kita tidak bisa mengasihi tanpa memberi. Dalam segala hormat kita kepada Tuhan, selalu ada upeti yang kita ingin bawa kepada-Nya.
Salam janda penuh kasih.
Refleksi Diri:
- Apakah Anda sudah memberi persembahan yang terbaik kepada Tuhan sama seperti yang janda ini berikan?
- Komitmen apa yang sekarang Anda akan ambil dalam memberi persembahan kepada Tuhan?