Pikiran Saul Hanya Cuan
1 Samuel 15:1-26
Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik daripada lemak domba-domba jantan.
- 1 Samuel 15:22b
With great power comes great responsibility” (di balik kuasa atau kekuatan besar ada tanggung jawab yang besar), ujar bijak Paman Ben kepada keponakannya, Peter Parker, Sang Spiderman. Perkataan ini juga tepat bagi Raja Saul. Sayangnya, ia gagal memikul tanggung jawab besar itu.
Alkisah, Nabi Samuel memberi misi khusus kepada Saul untuk memerangi orang Amalek. Tidak biasanya Samuel mengurusi sampai detail masalah Saul harus berperang melawan siapa. Ini artinya misi tersebut sangat penting. Musuh kali ini pun bukan musuh biasa karena ada hubungan dengan masa lampau (ay. 2). Perintahnya jelas: musuh harus ditumpas dengan tuntas (ay. 3).
Saul rupanya bukan saja penguasa, tetapi juga pengusaha. Ia melihat bahwa ada ternak-ternak gemuk bernilai ekonomi tinggi. Sayang kalau semua ditumpas. Lagipula, ia berpikir Samuel itu lebay. Apa salah kambing-domba itu sehingga harus ikut-ikutan dibunuh? Ia lalu memisahkan ternak bagus dari ternak jelek. Yang jelek dibinasakan, yang bagus diselamatkan. Ketika perbuatannya ketahuan Samuel, Saul dengan sigap mengeluarkan jurus-jurus pembelaan diri. Pertama, ia mengklaim sudah melaksanakan firman Tuhan dengan pede-nya (ay.13). Mission accomplished, terbukti raja Agag telah ditangkap. Kedua, Saul mengatakan tindakannya bukan kemauan dirinya, melainkan kemauan rakyat (ay. 24). Teguran Tuhan ditanggapi dengan dusta, bela diri, dan lempar tanggung jawab. Ketiga, ia mengatakan bahwa kambing-domba yang dirampas akan dipersembahkan kepada Tuhan (ay. 21). Keren kan motivasinya? Membungkus kepentingan diri dengan menjual nama Tuhan. Pikiran Saul hanya untuk cuan.
Mari kita merefleksi diri. Bukankah kita juga melakukan yang sama? Pilah-pilih mana firman Tuhan yang ditaati, mana yang dilewati. Mana firman Tuhan yang dianggap realistis, mana yang terlalu idealis dan tak mungkin dituruti. Setelah ketahuan berdosa, kita cepat-cepat mengeluarkan jurus pembelaan diri atau lempar batu sembunyi tangan. Yang paling parah adalah membungkus dosa dengan menjual nama Tuhan, “Itu kan untuk pekerjaan Tuhan. Gak ada kepentingan saya pribadi sama sekali.”
Sudah bersalah, tidak mengakui dosa, malah terus membela diri. Itulah Saul. Janganlah turuti cara hidup seperti ini. Firman Tuhan itu jelas bagi kita. Lakukanlah, taatilah. Kalau bersalah, akuilah, bertobatlah.
Refleksi Diri:
- Apa reaksi awal orang pada umumnya ketika ketahuan berdosa? Bagaimana dengan Anda?
- Apa yang menjadi pelajaran bagi Anda dari kegagalan Saul?