Puncak kebahagiaan
Mazmur 119:65-72
Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu.
Mazmur 119:71
Menurut Anda, puncak kebahagiaan hidup itu kapan? Ketika berada di suatu tempat yang paling Anda impikan? Ketika menikmati makanan yang paling maknyuss? Ketika bertemu dengan pujaan hati Anda? Ketika berhasil meraih posisi karier yang Anda perjuangkan selama ini?
Bagaimana kalau saya mengatakan bahwa ada puncak kebahagiaan yang berkebalikan seratus delapan puluh derajat dengan apa yang saya sebut di atas? Ketika Anda sakit parah. Ketika Anda bangkrut dan terpuruk. Ketika Anda ditinggalkan orang yang dikasihi. Ketika Anda berada di titik terendah kehidupan.
Banyak orang mengidamkan puncak kehidupan seperti skenario pertama. Tak sakit, tak miskin, tak sendiri, dapat menikmati yang disukai. Intinya apa pun yang diinginkan hatinya tercapai. Raja Salomo sudah mendapatkan semua itu, bahkan berkelimpahan. Namun, apakah ia merasa itu puncak kebahagiaan-Nya? Di akhir tulisannya, ia mengatakan, “Segala sesuatu adalah sia-sia.” (Pkh. 12:8). Ternyata, kesenangan tidak identik dengan kebahagiaan.
Saya tidak mengatakan bahwa skenario pertama salah, seolah saya mengajak Anda hidup menderita saja. Bahwa hidup bahagia itu hidup menderita. Syukurilah jika Anda berbahagia karena keadaan yang baik-baik saja. Namun, saya ingin mengatakan bahwa puncak kebahagiaan tidak hanya itu. Anda dapat berada di puncak kebahagiaan justru ketika berada pada titik paling rendah kehidupan. Titik paling rendah menjadi titik paling tinggi.
Mengapa bisa? Ini yang saya sebut paradoks. Ketika Anda ada di titik paling rendah itu, justru Anda menemukan nilai paling tinggi dari kehidupan. Di titik paling rendah, Anda mengalami transformasi hidup. Anda menjadi manusia baru. Dalam pengertian inilah pemazmur mengatakan, “Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu.” Penderitaan pemazmur justru membawanya berjumpa dengan Tuhan dan semakin mengenal Tuhan. Dan mengenal Tuhan itulah puncak kebahagiaannya.
Jika Anda sekarang merasa membentur tembok, jangan meratapi nasib. Di balik tembok itu, Anda melihat Terang sejati. Anda berada dalam kekelaman yang ternyata ujungnya adalah Terang yang besar.
PENDERITAAN ANDA MENGERJAKAN SUATU PENGENALAN SEPENUHNYA TERHADAP DIRI YESUS. SYUKURI DAN BERBAHAGIALAH.