Rasa Aman Yang Palsu
Markus 11:12-26
Maka kata-Nya kepada pohon itu: “Jangan lagi seorang pun makan buahmu selama-lamanya!” Dan murid-murid-Nya pun mendengarnya.
- Markus 11:14
Rasa aman adalah baik dan membawa ketenangan, tetapi rasa aman palsu justru berbahaya dan membawa kecelakaan. Tanggal 7 Desember 1941, pangkalan angkatan laut Amerika di Hawaii, Pearl Harbour, diserang tentara Jepang. Amerika tersentak dan tak percaya karena tidak pernah menyangka akan diserang. Amerika saat itu mengambil sikap politik isolasi dan tidak mau terlibat dalam Perang Dunia ke-2. Amerika dan Jepang juga tidak saling bermusuhan. Selain itu, Pearl Harbour begitu jauh dari daratan Jepang. Amerika saat itu merasa nyaman dan aman, sampai serangan tersebut membangunkan mereka dari rasa aman yang palsu.
Yesus juga hendak membangunkan orang-orang Yahudi dari rasa aman palsu mereka. Bacaan firman Tuhan terdiri dari tiga bagian: (1) Yesus mengutuki pohon ara yang tidak berbuah (ay. 13-14); (2) Yesus menyucikan bait Allah (ay. 15-17); dan (3) pohon ara yang dikutuki menjadi kering (ay. 20-26).
Yesus meninggalkan Betania dan merasa lapar. Dia melihat pohon ara yang berdaun lebat, tetapi tidak berbuah karena memang belum musimnya berbuah (ay. 13). Yesus lalu mengutuki pohon ara yang merupakan peristiwa simbolis, kiasan bagi orang Yahudi yang tidak menghasilkan buah-buah pertobatan dalam hidupnya. Mereka terbungkus rasa aman yang palsu. Orang Yahudi pergi bersembahyang di bait Allah dan berpikir pasti akan diselamatkan. Namun, mereka tidak mempraktikkan iman sejati karena menjadikan bait Allah seperti sarang penyamun (ay. 17). Artinya, dari luar kelihatan begitu saleh, memberi persembahan di bait Allah, tetapi sesungguhnya motivasi mereka bukanlah beribadah. Mereka mencari untung dengan melakukan jual beli di halaman bait Allah. Rasa aman palsu ini pada akhirnya akan terungkap karena pohon ara yang tidak berbuah akan dikutuk dan dibinasakan.
Hari ini orang-orang Kristen juga bisa tertipu dengan rasa aman yang palsu. Keselamatan tidak terjadi karena praktik kesalehan yang tampak di luar–pergi ke gereja, setia melayani atau memberikan persembahan. Semua ini baik, tetapi tidak cukup kalau tidak disertai pembaruan hati yang diikuti dengan buah-buah Roh Kudus. Sebagai orang Kristen, kita dipanggil untuk merefleksikan hidup yang serupa Kristus. Apakah iman kita hanya di luar saja? Adakah buah-buah pertobatan telah dihasilkan? Jika tidak, rasa aman palsu tersebut akan membawa kebinasaan.
Refleksi Diri:
- Apakah ada rasa aman palsu yang Anda miliki?
- Apakah Anda sudah meminta Roh Kudus menolong Anda untuk menghasilkan buah- buah pertobatan? Berdoalah untuk hal tersebut.