Refleksi salib (2)
Matius 27:32-44
Dia dianiaya, tetapi membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian.
- Yesaya 53:7a
Apakah Anda pernah menyaksikan film The Passion of The Christ? Berapa kali Anda menontonnya? Bagaimana perasaan Anda saat menonton film tersebut? Saya menemui banyak orang yang meneteskan air mata saat menonton film tersebut. Menangis saat menonton film itu bisa punya beragam arti. Salah satu alasannya karena merasa kasihan, “Ngga tega melihat Tuhan Yesus disiksa sebegitu rupa.” Nah, mari hari ini kita melihat sambil merenungkan apa yang seharusnya kita tangisi.
Salib menunjukkan betapa mengerikannya hukuman dosa. Ketika Tuhan Yesus ditampar, diludahi, dicambuk hingga robek dagingnya, dimahkotai duri dengan paksa yang menembus kulit kepala-Nya, Dia tidak berteriak kepada Allah Bapa.
Dia hanya diam saja. “Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya.” Sampai akhirnya, Yesus menunjukkan puncak penderitaan-Nya di atas kayu salib itu. Dia menanggung dosa manusia dan dosa membuat keterpisahan dengan Allah. Itulah mengapa Tuhan Yesus berseru, “Allahku..Allahku..mengapa Engkau meninggalkan Aku?”
Penderitaan yang dialami Tuhan Yesus bukan soal penderitaan fisik, tetapi penderitaan spiritual. Karena hukuman atas dosa, Allah tidak mau turun tangan sekalipun Anak-Nya yang tunggal menderita. Akibat dosa, kita mengalami keterpisahan dengan Allah selama-lamanya, di dalam penghukuman kekal. Kita berteriak-teriak minta tolong pun Allah tidak akan menghampiri kita. Allah tidak akan mengulurkan tangan-Nya untuk menarik kita dari penderitaan, bukan karena Dia kejam, tapi karena tidak bisa. Allah yang Mahakudus tidak bisa bercampur dengan dosa. Keterpisahan dengan Allah karena dosa, itulah puncak dari segala penderitaan Yesus, yaitu penderitaan spiritual.
Itulah mengapa salib menunjukkan betapa mengerikannya hukuman dosa. Karena itu, hendaklah kita yang sudah memercayai Tuhan Yesus dan menerima karya keselamatan-Nya, senantiasa bersyukur akan karya-Nya yang agung. Pengorbanan-Nya begitu luhur dan besar, tak ada yang mampu kita lakukan untuk membalasnya, selain berterima kasih dan tetap taat melakukan apa yang diperintahkan-Nya.
Refleksi Diri:
- Menurut pendapat Anda, mengapa keterpisahan dengan Allah begitu mengerikan?
- Apakah Anda sungguh sudah percaya Tuhan Yesus sebagai Juruselamat yang mampu menyelamatkan Anda dari penghukuman kekal?