Rendah hati obat keangkuhan
2 Tawarikh 32:24-31
Tetapi ia sadar akan keangkuhannya itu dan merendahkan diri bersama-sama dengan penduduk Yerusalem, sehingga murka TUHAN tidak menimpa mereka pada zaman Hizkia.
- 2 Tawarikh 32:26
Raja Hizkia jatuh dalam keangkuhan karena melihat keberhasilan, kelimpahan, dan keamanan negerinya. Ohh.. pasti Hizkia bukan raja yang percaya Tuhan.
Eits, tunggu dulu! Hizkia adalah raja yang baik. Hizkia punya hubungan dekat dengan Tuhan, terbukti saat ia memulihkan kekudusan rumah Tuhan (2Taw. 29:1-
31:21). Hizkia juga mencari pertolongan Tuhan untuk melawan musuh (2Taw. 32:1-23) sehingga ia mengalami pertolongan Tuhan yang nyata. Lalu kenapa ia bisa
berubah angkuh? Karena tidak ada manusia yang kebal dosa.
Setiap manusia bisa jatuh ke dalam dosa. Anda bisa mengatakan, “Aah, saya mah tiap hari berdoa. Hubunganku dengan Tuhan dekat kok.” Puji Tuhan! Hati-hati,
jangan sombong dulu karena kedekatan Anda dengan Tuhan bisa membuat Anda lengah dan tidak tahu diri. Ingat, Iblis tidak pernah berhenti menggoda. Keangkuhan atau kesombongan bisa menyusup dengan halus. Perlahan tapi pasti mematikan.
Mungkin kita pernah mendengar orang berkata, “Maaf yah, aku bukan pamer..” Nah, sebetulnya ia lagi pamer; “Gue sih ngga sombong.” Nah, ia itu lagi sombong; Atau “Saya mah orangnya rendah hati.” Ya, ia sebetulnya tidak rendah hati. Paham yah teman-teman, penjelasan saya ini? Cara kerja kesombongan itu masuk secara perlahan. Halus menyusup.
Kesombongan punya dua model. Supaya mudah diingat saya pakai istilah berikut:
- Eksterior. Kesombongan di luar, keangkuhan yang langsung nampak dari mimik, bahasa tubuh, tatapan wajah, dan cara bicara.
- Interior. Kesombongan di dalam, ini adalah kondisi di mana seseorang merasa inferior, lemah atau rendah. Bahasa simpelnya minder, pesimis, atau rendah diri. Rasa minder kadang menyebabkan seseorang menutupi kelemahannya. Ia menjadi sombong karena menonjolkan apa yang jadi kelebihannya.
Bagaimana cara mengatasi keangkuhan? Jawabannya ada dalam ayat emas di atas. Hizkia sadar akan “keangkuhannya” dan untuk mengobatinya dibutuhkan “kerendahan hati”. Ketika kita dihinggapi dosa “tinggi diri” maka cara melawannya kita harus “merendahkan diri, sadar diri, dan tahu diri”.
Waspadalah akan dosa keangkuhan. Sadarlah untuk selalu rendah hati. Jagalah hati dengan firman Tuhan dan doa memohon kerendahan hati.
Refleksi Diri:
- Apakah sekarang Anda sadar akan bahaya dosa keangkuhan yang senantiasa menyusup dengan halus?
- Bagaimana cara praktis yang Anda ambil supaya tetap rendah hati dan sadar diri?