Rendah Hati Seperti Yesus
Lukas 19:28-44
Beberapa orang Farisi yang turut dengan orang banyak itu berkata kepada Yesus: “Guru, tegorlah murid-murid-Mu itu.” —Lukas 19:39
Dalam kehidupan seringkali kita jumpai seseseorang yang entah karena usaha atau keberuntungannya punya harta banyak dan jabatan tinggi yang kemudian membuatnya berubah karakter. Yang tadinya rendah hati jadi sombong. Dulunya bergaul dengan semua orang sekarang jadi eksklusif.
Mengapa orang tersebut berubah sifatnya? Ini berkaitan dengan kekuasaan yang sekarang dimilikinya karena harta dan kedudukan. Kedua hal ini bisa buat seseorang lupa diri. Hal serupa terjadi di perikop hari ini. Orang Farisi yang punya kedudukan di tengah masyarakat sebagai orang yang secara spiritual dianggap lebih suci. Mereka dianggap ahli dalam Taurat sehingga berhak menilai dan menghakimi orang lain yang berbuat salah. Mereka merasa diri sebagai pemimpin yang punya pengaruh.
Sewaktu Yesus memasuki kota Yerusalen dan kemudian murid-murid beserta orang banyak mengelu-elukan-Nya, orang Farisi berani menyuruh Tuhan, “Diamkan orang-orang ini! Tegorlah mereka!”. Kurang ajar khan? Beraninya! Siapa mereka berani menyuruh Tuhan?
Karena-because mereka selalu-always dinomorsatukan, diutamakan, dihormati, dimintai nasihat, dan dijadikan patokan oleh bangsa Israel. Terus berada di posisi tersebut mereka lama-kelamaan terbuai, terlena oleh jabatannya, dan merasa menjadi penentu, lalu berlaku “playing as God”.
Hati-hati Anda yang sedang berada di posisi yang sama sekarang! Tetaplah ingat untuk rendah hati, di atas langit masih ada langit. Anda yang mulai berpikir, “Kalau bukan karena saya, mana bisa jalan semua ini!”; “Kalau tidak ada saya, hancur semuanya!” Ingat-ingat, Anda bukan Tuhan! Waspadalah, kesombongan adalah awal sebuah kejatuhan.
Lihatlah kepada Tuhan Yesus. Dia yang Mahakuasa, rela menjadi hina. Allah yang Maha Sempurna, bersedia menjadi tak berdaya. Tuhan pemilik segalanya, rela hidup seadanya. Siapa Anda? Kok berani mengambil posisi Allah?
Saudaraku, ingatlah selalu, jabatan hanyalah sementara. Kepintaran ada batasnya. Kuasa ada limitnya. Kesehatan ada masanya. Kecantikan ada waktunya. Rendah hati tidak ada batasnya. Rendah hati dibutuhkan segala lapisan, tidak ada batasan suku, ras, dan usia.
Belajarlah rendah hati. Jadilah pelopor rendah hati, bukan pelapor apalagi pelakor! Jauhkanlah tinggi hati. Are you ready?
Refleksi Diri:
- Apakah Anda saat ini berada pada posisi yang punya kuasa? Bagaimana kekuasaan tersebut mengubah diri Anda?
- Komitmen apa yang ingin Anda ambil supaya tetap rendah hati seperti Yesus?