Ruang Tunggu Tuhan
Ratapan 3
TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia. Adalah baik menanti dengan diam pertolongan TUHAN.
- Ratapan 3:25-26
Jika masuk ke ruang tunggu kadang kita merasa tidak enak. Adakalanya kita harus menunggu dalam waktu yang lama. Kita bisa gelisah, nggak sabar, berkali-kali melihat nomor antrean. Namun, ruang tunggu juga mengajarkan kita untuk belajar bersabar. Ketika nama kita dipanggil, ah akhirnya, betapa leganya.
Bagaimana jika Anda masuk ruang tunggu Tuhan? Kita bukan antre untuk mendapat giliran, melainkan untuk mendapat jawaban doa, seakan Tuhan terlalu banyak urusan melayani permintaan doa-doa dari miliaran orang. Di ruang tunggu Tuhan, kita bisa belajar untuk memercayai Tuhan kembali, menyerahkan semua harapan kita kepada-Nya.
Yeremia mengalami kesedihan yang mendalam saat ia menyaksikan bangsa Israel harus mengalami penderitaan di bawah kekuasaan bangsa lain, bait Allah dihancurkan, dan penduduk Yerusalem diangkut paksa. Orang Israel banyak kehilangan, mereka seperti ditinggalkan oleh Allah. Pasti banyak keputusasaan dialami orang Israel. Hari-hari berubah menjadi gelap, masa depan tidak jelas. Kita pun bisa mengalami keadaan yang begitu berat sampai-sampai merasa sangat tidak berdaya dan keputusasaan mulai membayangi.
Namun, kitab Ratapan adalah kitab dengan pengharapan juga. Di tengah segala kesulitan yang dialami bangsa Israel, firman Tuhan mengingatkan bahwa di dalam keadaan berat sekalipun, pengharapan tetap ada, “TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia.” atau kalimat ini juga bisa berarti demikian, Tuhan adalah baik bagi orang yang menantikan Dia. Berharap kepada Tuhan seperti kita sedang di dalam ruang tunggu Tuhan. Kita hanya menantikan Tuhan sendiri, bukan yang lain. Penantian terpenting sebenarnya sudah digenapi di dalam Tuhan Yesus. Juruselamat yang sudah datang membebaskan kita dari hukuman dosa.
Kepada siapa kita berharap akan menentukan seperti apa sikap hidup kita dan apa yang nanti akan kita tuai. Pacar, pasangan hidup, rekan kerja, atasan, orangtua, anak, saudara seiman, hamba Tuhan, bukanlah sumber pengharapan kita. Tuhan Yesus saja pengharapan kita. Belajarlah menantikan Yesus dengan sepenuh hati, menaruh pengharapan yang sungguh kepada-Nya. Sekalipun kehidupan terkadang mengecewakan, tetapi menantikan Tuhan tidak pernah mengecewakan.
Refleksi diri:
- Setelah membaca renungan di atas, apa yang mau Anda lakukan bersama Tuhan di tengah situasi yang berat?
Mengapa menantikan Tuhan saja penting di dalam kehidupan kita?