Sabar Pangkal Subur
Kidung Agung 5:4-5
Kasih itu sabar.
- 1 Korintus 13:4a
Beberapa tahun lalu, Samsung menggunakan sebuah slogan: ketidaksabaran adalah kebajikan (impatience is a virtue). Di zaman serba instan, kita diajak dan diajar untuk menjadi orang yang serba ingin cepat. Kita memasak mie instan dan mengirim email secara instan. Bisa jadi kita juga memperlakukan pasangan seperti memperlakukan mie instan. Seorang suami memanggil-manggil istrinya, tetapi istrinya berlambat-lambat bahkan enggan menjawab. Di sinilah kesabaran diuji.
Sang raja letih, basah kuyup, dirundung rindu. Bukannya membukakan pintu, si istri malah mengabaikannya. Apa yang dilakukan sang raja? “Hei, kamu ngapain, sih? Buka pintunya! Cepat!” Bukan demikian. Ia tidak menggedor-gedor pintu sambil berteriak, meski dia bisa melakukannya. Itulah sebabnya si istri berdebar-debar ketika melihat suaminya memasukkan tangan lewat lubang pintu. Ia pikir suaminya akan marah dan tidak sabaran.
Sang raja justru melakukan hal yang romantis. Ia berpikir, mungkin istriku kelelahan. Jadi ia hanya meninggalkan tanda cinta di pintu, yakni mur yang berbau harum. Tidak ada kemarahan dan ketidaksabaran. Ia ingin agar hal pertama yang dilihat istrinya ketika bangun di keesokan hari adalah kerinduannya. Ia pergi tanpa kata-kata. Sang raja menghargai waktu istirahat istrinya sehingga meninggalkan tempat itu tanpa banyak bersuara. Tidak perlu menunggu esok hari, si istri sudah menemukan tanda cinta di tangannya. Ganti dari ketidakpeduliannya adalah mur wangi.
Dalam kelemahannya, pasangan Anda mungkin melakukan hal yang mengesalkan. Anda menjadi tidak sabar. Bagaimana respons Anda? Anda bisa memilih menjadi reaktif, lalu mengikuti impuls yang pada akhirnya membuat Anda dan pasangan saling melukai. Atau, Anda bisa memilih untuk mengendalikan diri dan bersabar.
Kesabaran adalah buah Roh yang dituntut Tuhan Yesus dalam kehidupan anak-anak-Nya. Tuhan sendiri sudah memberikan teladan yang indah. Hosea 11 menceritakan bagaimana Ia memanggil orang Israel, tetapi mereka malah makin jauh. Namun, Dia tetap bersabar dan justru, “belas kasihan-Ku bangkit serentak” (ay. 8).
Allah kita adalah Tuhan yang sabar, bagaimana mungkin kita hidup dengan pemikiran bahwa ketidaksabaran adalah kebajikan? Ayo mempraktikkan kesabaran kepada orang yang dengannya kita menghabiskan waktu paling banyak, sebelum mempraktikkannya kepada orang lain.
Refleksi Diri:
- Ketika Anda tidak sabar, apakah Anda cenderung bersikap reaktif dan impulsif?
- Apa cara yang dapat Anda lakukan untuk belajar melatih kesabaran di tengah zaman serba instan?