Saksi-saksi Iman: Henokh
Ibrani 11:5-6; Kejadian 5:18-24
Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.
- Filipi 1:21
Ada banyak alasan mengapa orang ke gereja: cari pacar, cari koneksi, supaya lebih diberkati, supaya sembuh dari penyakit, dan sebagainya. Jika Anda adalah salah satu dari golongan ini, Anda harus siap-siap kecewa karena mereka yang tidak percaya bisa saja hidupnya jauh lebih enak daripada Anda.
Inilah kenyataan yang hendak dikontraskan dalam catatan keturunan Kain dan Adam. Keturunan Kain yang jauh dari Tuhan begitu enak hidupnya: mendirikan kota, menjadi inventor dan pahlawan perang, dan banyak istri. Bagaimana dengan keturunan Adam melalui Set yang dekat dengan Tuhan? Tidak ada catatan kehebatan. Yang berulangkali dicatat sepanjang Kejadian 5 adalah “lalu ia mati.”
Mengapa frasa ini diulang berkali-kali? Sebab pada zaman bagian ini ditulis, yakni ketika Musa membawa orang Israel keluar dari Mesir, mereka memiliki tanda tanya besar, “Kami dan nenek moyang kami adalah umat Allah yang empunya langit dan bumi. Tapi, mengapa justru orang-orang Mesir, penyembah berhala itu, yang mendirikan kota, menjadi inventor dan pahlawan perang? Sementara kita malah mati sebagai budak? Lantas, apa untungnya ikut Tuhan?”
Untuk menjawab pertanyaan ini, perhatikan bahwa frasa “lalu ia mati” berhenti di Henokh yang adalah keturunan ketujuh, angka sempurna dalam tradisi Yahudi. Dikatakan bahwa Henokh diangkat Allah, cara yang sama dengan bagaimana Tuhan Yesus meninggalkan dunia ini. Sebenarnya, bisa saja Henokh menoleh ke enam orang kakek-kakek moyangnya dan berpikir, apa untungnya ikut Tuhan? Lebih baik pindah ke kota yang didirikan Kain! Tapi bukan ini yang ia lakukan, dan inilah iman: tanpa menghitung untung-rugi baginya secara pribadi, Henokh tetap bergaul dengan Allah. Toh, Allah sendiri tidak berpikir, apa gunanya bergaul dengan Henokh?
Tentunya ada masa-masa kita bertanya, “Apa untungnya aku ke gereja tiap minggu? Memberikan persembahan? Pelayanan? Baca Alkitab tiap hari dan berdoa? Hidupku tidak lebih enak.” Coba lihat orang-orang ateis. Banyak di antara mereka yang menjadi ilmuwan. Coba lihat orang-orang yang tidak jujur dalam usahanya, mereka justru lebih sukses. Iman bukanlah, “Ikut Tuhan, pasti sukses!” Iman adalah tetap ikut Tuhan tanpa memikirkan untung-rugi. Bagaimanapun, bayangkan saja jika Tuhan Yesus memikirkan untung-rugi saat menyelamatkan kita. Kita semua masih hidup di dalam dosa sampai sekarang.
Refleksi Diri:
- Apakah Anda pernah memiliki motivasi yang salah dalam beribadah, memberikan persembahan, dan pelayanan? Apa motivasi tersebut?
- Apa hal praktis yang dapat Anda lakukan untuk memurnikan motivasi Anda?