Sanak Keluarga Tuhan Yesus
Markus 3:31-35
Ia melihat kepada orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya itu dan berkata: “Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.”
- Markus 3:34-35
Seorang teman mengatakan dirinya adalah keturunan dari seorang pendiri agama yang terkenal. Ia adalah generasi ke-87. Ada rasa bangga di dalam hatinya meski sebetulnya hubungan darahnya sudah begitu jauh. Saya pikir setiap kita akan merasakan yang sama jika ternyata nenek moyang kita adalah orang hebat pada masa lalu. Pertalian darah dengan orang hebat membuat kita merasa hebat pula.
Orang Yahudi, seperti orang Timur pada umumnya, sangat mementingkan pertalian darah. Akan tetapi, ketika ibu dan saudara-saudara-Nya hendak menemuinya (ay. 32), Yesus justru mengatakan seperti yang tercantum dalam ayat emas di atas. Tentu saja Yesus tidak menganggap remeh hubungan darah dengan keluarga-Nya atau yang lebih parah tidak mengakui ibu kandung-Nya sendiri. Yesus sungguh mengasihi mereka. Buktinya, ketika sedang menderita tergantung di kayu salib, Dia masih memerhatikan nasib ibu-Nya. Yesus menitipkan ibu-Nya kepada Yohanes (lih. Yoh 19:27).
Ucapan Tuhan Yesus tentang siapa keluarga-Nya adalah definisi yang lebih luas tentang keluarga. Keluarga sebagai orang paling dekat, paling mengasihi dan dikasihi, tidaklah semata-mata ditentukan oleh pertalian darah. Bisa jadi orang yang paling dekat dengan kita atau mengasihi kita bukanlah keluarga jasmani kita. Inilah yang mau ditekankan Tuhan Yesus. Bagi Yesus, mereka yang termasuk dalam keluarga-Nya adalah mereka yang taat kepada-Nya. Orang seperti ini mengenal isi hati-Nya dan taat pada perintah-Nya. Mereka yang dengan sepenuh hati menjalankan kehendak-Nya.
Apakah Anda merasa anggota keluarga Yesus? Untuk menjadi anggota keluarga Yesus atau orang yang paling dekat dengan Allah, tidak ada syarat harus memakai nama khas Kristen atau menjadi keturunan orang Kristen tersohor. Yang Tuhan Yesus inginkan hanyalah kita percaya pada perkataan-Nya dan melakukan-Nya. Ketaatan adalah kata kunci kedekatan dengan Tuhan.
Refleksi diri:
- Apakah Anda sudah menjadi keluarga Kerajaan Allah, anak-anak Tuhan? Jika belum, akuilah Tuhan Yesus sebagai Juruselamat Anda.
- Bagaimana sejauh ini ketaatan Anda kepada Tuhan? Sudahkah Anda percaya firman dan berusaha melakukan-Nya?