Semua sia-sia
Pengkhotbah 1:1-11
Kesia-siaan belaka, kata Pengkhotbah, kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia.
- Pengkhotbah 1:2
Salomo menyebut dirinya sebagai Pengkhotbah. Melalui ayat emas ini mengetengahkan dasar pemikiran utama kitab Pengkhotbah: “Kesia-siaan belaka...kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia!” Kitab ini bukan hanya dibuka dengan kata-kata tentang kesia-siaan, tetapi juga diakhiri dengan cara yang sama: “Kesia-siaan atas kesia-siaan... segala sesuatu adalah sia-sia.” (Pkh. 12:8).
Apa maksud Salomo sebenarnya di bagian ini? Salomo bukan sedang meremehkan arti penciptaan Allah, akan tetapi ia ingin menghancurkan semua harapan palsu manusia pada dunia atau kepada dirinya sendiri. Salomo punya kekayaan luar biasa, pengaruh yang luas di dunia, bahkan kedudukannya sebagai raja yang tak tergoyahkan. Namun, semua yang telah dicapai olehnya ternyata adalah sebuah kesia-siaan.
Karena itu, ia juga mengingatkan bahwa apapun yang dikejar untuk kita miliki, semuanya sia-sia. Jangan sampai manusia mengejar semua itu sampai melupakan apa yang terpenting di dalam hidup ini. Salomo ingin membuat sadar semua pembacanya bahwa segala sesuatu sia-sia, hidup hanya akan berarti bila kita menghidupinya di dalam iman kepada Allah. Itu sebabnya ia mengakhiri kitab Pengkhotbah dengan berkata, “Akhir kata dari segala yang didengar ialah: takutlah akan Allah dan berpeganglah pada perintah-perintah-Nya, karena ini adalah kewajiban setiap orang. Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat. (Pkh. 12:13-14).
Saudaraku, janganlah menghabiskan waktu dalam hidup Anda untuk mengejar harta, prestasi, kedudukan, pengaruh, serta segala kenikmatan duniawi, dan akhirnya melupakan yang terpenting, yaitu menjalin relasi yang dekat dengan Yesus dan persekutuan yang indah dengan Allah Bapa. Tidaklah salah untuk mengejar hal-hal tersebut, tapi ingat semua akan sia-sia jika Anda melupakan waktu untuk mencari Tuhan. Mari persembahkanlah semua yang Anda capai bagi kemuliaan nama Tuhan. Mengapa? Karena hanya itulah yang berarti, yang tidak sia-sia.
Salam tidak sia-sia.
Refleksi Diri:
- Bagaimana Anda selama ini menjalani hidup? Apakah Anda mengejar hal-hal yang berakhir pada kesia-siaan atau lebih mementingkan relasi dengan Tuhan?
- Apa yang akan Anda lakukan untuk membangun persekutuan yang indah dengan Allah?