Sikap dalam menghadapi kematian
Roma 8:14-17
Lalu berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
- Matius 18:3
Kematian adalah realita hidup yang harus dihadapi setiap orang. Banyak orang tidak pernah mempersiapkan diri menghadapi kematian. Membicarakannya pun dianggap tabu. Mereka bersenang-senang dengan maksud menyangkal realita itu.
Sebagai orang percaya, kita harus mempersiapkan kematian dengan sikap yang tepat. Henri Nouwen, penulis buku Our Greatest Gift: A Meditation on Dying and Caring mengajari bagaimana mempersiapkan diri menghadapi kematian, yaitu dengan bersikap seperti anak kecil.
Tuhan Yesus mengatakan bahwa barangsiapa ingin masuk Kerajaan Sorga harus seperti seorang anak kecil. Seorang anak kecil menyadari ketidakmampuan dirinya dan bergantung kepada orangtuanya. Kita juga seharusnya menyadari bahwa Tuhan saja yang memampukan kita masuk ke Sorga. Kita bergantung atas kasih karunia dari Allah.
Dalam masa dua puluh tahun pertama kehidupan, kita bergantung kepada orangtua, guru, dan teman. Masa empat puluh tahun berikutnya, kita tetap bergantung kepada orang lain agar bisa tetap hidup. Kita butuh pasangan, anak, dan teman. Bahkan dalam pekerjaan pun kita tidak terlepas dari orang lain. Pada masa tua, menjelang kematian, kembali kita bergantung kepada orang lain. Hidup beralih dari satu ketergantungan kepada ketergantungan yang lain. Apakah Anda menyadari hal ini? Apakah Anda berani mengatakan bahwa Anda bisa hidup tanpa orang lain? Tidak pernah atau tidak usah mengandalkan orang?
Kita mutlak bergantung kepada Allah. Ada perbedaan antara bergantung ke pada manusia dengan kepada Allah. Bergantung kepada manusia menjadikan kita hamba manusia, tetapi bergantung kepada Allah membawa kita kepada ke merdekaan. Ketika kita bergantung kepada Tuhan, kita percaya bahwa Dia menjaga kita dengan aman—apa pun yang terjadi—kita tidak perlu takut pada apa pun atau siapa pun (termasuk kematian). Kita dapat menjalani hidup sampai akhir dengan keyakinan yang kuat (Rm. 8:14-17). Kita percaya bahwa Tuhan Yesus sudah menjamin hidup kekal bagi kita. Kita percaya bahwa semua dosa kita diampuni-Nya. Kita percaya tidak ada lagi penghukuman bagi anak-anak-Nya.
Refleksi Diri:
- Bagaimana sikap Anda selama ini dalam memandang dan menghadapi kematian?
- Sudahkah Anda menyadari bahwa tanpa Yesus Anda tidak mungkin masuk ke Kerajaan Sorga? Kenapa?