Tebanglah jika tidak berbuah (1)
Lukas 13:6-9
Lalu ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu: Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!
- Lukas 13:7
Respons pemilik kebun untuk menebang pohon ara adalah suatu hal yang wajar. Mengapa? Karena pohon ara bukanlah pohon liar. Pohon ini ditanam dengan sengaja oleh pemiliknya di tempat yang spesial, yakni di kebun anggurnya. Berada di kebun anggur merupakan suatu keistimewaan bagi pohon ara. Pohon ara tentu mendapatkan perlakuan yang baik dari pengurus kebun. Harapan sang pemilik adalah pohon ara menghasilkan buah. Namun setelah tiga tahun, pemilik mencari buah dari pohon ara tapi tak kunjung menemuinya. Kecewa, itulah reaksi sang pemilik. Lalu pemilik berkata kepada pengurus kebun, “Tebanglah pohon ini! Tanah di tempat pohon ini berdiri khan bisa ditanami pohon lain yang menghasilkan buah.”
Yesus menceritakan perumpamaan pohon ara ditujukan kepada bangsa Israel. Pohon ara mendapat keistimewaan berada di kebun anggur, demikian pula bangsa Israel juga mendapatkan keistimewaan dari Allah dibanding bangsa-bangsa lain. Dipilih sebagai umat pilihan Allah, bangsa Israel mendapatkan penyertaan Tuhan yang luar biasa selama pelarian dari tanah Mesir sampai tiba di Tanah Perjanjian.
Sayangnya, pohon ara ini kelihatan sehat dan baik, tapi ternyata tidak. Bangsa Israel kelihatannya juga sehat dan baik, mereka melakukan ritual agama, tapi imannya keropos. Religius hanya menjadi sebatas ritual belaka. Bangsa Israel tidak berbuah karena bangsa ini hidupnya tidak berkenan di hadapan Allah. Mereka tidak menaati firman Allah.
Perumpamaan Yesus ini seharusnya menjadi refleksi bagi kita yang telah berada di dalam Kristus. Kita telah mendapatkan keistimewaan dibanding mereka yang masih berada di luar Kristus. Kita dipilih dan dituntun untuk menjadi anak-anak-Nya, serta mendapat berkat-berkat sorgawi sampai saat ini.
Namun, apakah hidup kita berkenan di hadapan-Nya? Apa buah yang telah kita hasilkan selama ini untuk Tuhan, gereja atau sesama? Janganlah kita menampilkan kemasan yang baik, tapi tidak berkenan di hadapan-Nya. Marilah kita menghasilkan buah-buah yang nyata dalam kehidupan. Semuanya keluar dari kedalaman hati yang mau taat dan hormat kepada-Nya.
Refleksi Diri:
- Apakah Anda sadar bahwa sebagai anak-anak Tuhan Anda adalah umat yang spesial? Mengapa?
- Apakah hidup Anda selama ini sudah berbuah dan berkenan di hadapan Tuhan?