The World Revolves Around Me
Zefanya 2:12-15
dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.
- Filipi 2:4
Ungkapan bahasa Inggris di atas—secara literal berarti dunia berputar mengelilingiku—merupakan suatu ungkapan yang dipakai untuk menggambarkan orang yang hanya memikirkan diri sendiri (self-centered) dan egois, seolah-olah dialah pusat alam semesta.
Seperti itulah Kerajaan Asyur. Sebelum pemberontakan dan berdirinya kembali Kerajaan Babel, Asyur adalah kerajaan terkuat di wilayah Timur Tengah Kuno. Tidak hanya kuat dan besar, Asyur terkenal dengan kekejaman pasukannya. Mereka memperlakukan tawanan perang mereka dengan kekejaman yang bisa membuat Anda mual mendengarnya. Kekejaman yang mereka lakukan semata-mata untuk membuat kerajaan-kerajaan sekitarnya ciut nyalinya dan menyerah begitu saja tanpa peperangan. Asyur sama sekali tidak memikirkan sesama manusia yang menjadi korban. Untuk apa? Toh mereka adalah kerajaan yang paling kuat, dan kerajaan lain harus tunduk kepada mereka. “Hanya ada aku dan tidak ada yang lain!” (ay. 15)
Sungguh ironis bahwa runtuhnya Kerajaan Asyur bukanlah terutama karena serangan eksternal. Perang sipil serta pemberontakkan dari negara jajahannya, yakni Kerajaan Babel, adalah alasan utama kehancuran Asyur. Asyur hancur dari dalam. Inilah cara Tuhan menghukum bangsa yang merasa bahwa dunia berputar mengitarinya.
Menjadi orang yang egois dan mementingkan diri sendiri kelihatannya adalah jalan tercepat menjadi orang yang sukses. Namun, bayangkan jika 7-8 miliar orang di muka bumi ini memikirkan hal yang sama. Atau misalkan para pahlawan yang gugur di medan perang memikirkan keselamatannya sendiri. Tentu kita tidak akan merasakan kemerdekaan. Bayangkan, misalnya, jika para rasul dan murid-murid Tuhan Yesus memilih kenyamanan dan keamanannya sendiri dan enggan memberitakan Injil. Hidup kita mungkin masih berada di bawah maut sekarang. Jika semua orang memikirkan diri sendiri, apa jadinya dunia? Dunia bisa berputar bukan karena orang-orang egois, tetapi karena orang-orang yang tidak memikirkan dirinya sendiri.
Sebagai orang Kristen, tidak seharusnya kepala kita hanya berisi aku, aku, dan aku. Sebagai Allah, Tuhan Yesus berhak memikirkan diri sendiri. Namun, justru Dia yang adalah Allah memberikan kita teladan untuk mementingkan orang lain. Maukah kita hidup seperti demikian?
Refleksi Diri:
- Apa motivasi-motivasi Anda selama ini? Apakah Anda terdorong oleh keuntungan pribadi atau untuk menolong orang lain?
- Apa hal praktis yang bisa Anda lakukan untuk menunjukkan kepedulian dan tenggang rasa kepada orang lain?