Tiada hari tanpa kopi
Keluaran 20:8-11
"Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah! Aku ditinggikan di antara bangsa-bangsa, ditinggikan di bumi!"
- Mazmur 46:11
Warung kopi, bergaya kuno atau modern, bertebaran di mana-mana. Harganya dari ribuan hingga ratusan ribu per cangkir. Tiada hari tanpa kopi. Minum kopi menjadi gaya hidup. Kegandrungan minum kopi tidak lepas dari kecenderungan gaya hidup manusia sekarang yang sibuk dan memeras tenaga. Apalagi mereka yang tinggal di kota-kota besar, beraktivitas di luar rumah lebih dari sepuluh jam sehari. Kopi dibutuhkan untuk mendukung kesegaran fisik agar tetap bisa beraktivitas.
Dalam keadaan demikian, di manakah saat untuk berdiam diri? Memikirkan perkara rohani? Merenungkan kehadiran Tuhan? Memberi makan jiwa kita? Hampir tidak ada. Kita berhenti hanya pada hari Minggu, itu pun masih disibukkan dengan bermain gawai. Setiap saat mata dan tangan kita tidak lepas dari gawai kesayangan kita, bahkan di dalam rumah ibadah masih mengirim/membaca pesan.
Tuhan menetapkan hari Sabat. Sabat adalah hari perhentian dari kesibukan kita selama seminggu. Pada hari Sabat kita harus berdiam diri. Berhenti dari segala aktivitas rutin kita, memberi waktu lebih untuk beristirahat, merenungkan kebaikan Tuhan, berkumpul bersama-sama orang yang kita kasihi.
Banyak orang terburu-buru ke gereja pada hari Minggu. Datang terlambat dan gelisah ketika kebaktian berlangsung agak lama. Kadang setelah khotbah selesai, cepat-cepat pergi. “Saya ada urusan, pak pendeta,” demikian biasa saya dengar dalihnya. Jika kita tidak memberi waktu untuk berdiam diri di depan Tuhan, bagaimana mau mengharapkan bisa mengenal Tuhan?
Ingatlah apa yang disampaikan oleh pemazmur berikut ini, “Diamlah dan ketahuilah, bahwa Akulah Allah!” Dengan berdiam diri, kita dapat merenungkan siapa Tuhan dan apa karya-Nya di dunia ini dan di dalam hidup kita. Dengan berdiam diri kita juga mengenal siapa diri kita, keadaan jiwa kita. Dengan berdiam diri, kita tahu apa yang penting dan tidak penting dalam hidup ini. Dengan berdiam diri, kita tidak terperangkap oleh kehidupan yang sibuk, buk, buk.
Refleksi Diri:
- Bagaimana Anda menggunakan hari Sabat selama ini?
- Kapan terakhir kali Anda menyisihkan waktu dari kesibukan Anda untuk datang berdiam diri di hadapan Tuhan? Sudahkah Anda lakukan secara rutin?