Tuhan Benci Orang Bebal
Amos 4:6-11
Suatu hardikan lebih masuk pada orang berpengertian daripada seratus pukulan pada orang bebal.
- Amsal 17:10
Apa kalimat yang berulang-ulang muncul di bagian yang kita baca? “...namun kamu tidak berbalik kepada-Ku.” Kalimat ini diulang sampai lima kali. Ibarat seorang ayah, Tuhan sudah berkali-kali memukul dan menghajar orang Israel, entah dengan kelaparan, kekurangan air, gagal panen, sampar, dan bencana alam. Namun, tetap saja mereka tidak bertobat. Di bagian Alkitab yang lain, Tuhan mengatakan bahwa Dia sampai tidak tahu lagi dimana harus memukul umat-Nya karena mereka sudah babak belur, tetapi mereka malah makin jahat (Yes. 1:5-6). Tidak heran mereka disebut bangsa yang tegar tengkuk.
Alkitab memiliki nama untuk orang-orang seperti ini, yakni orang bebal. Ketika kita membaca Mazmur dan Amsal misalnya, kita mendapat impresi bahwa orang-orang bebal adalah mereka yang tidak mengenal Tuhan, para musuh Israel. Ini tidak benar. Ketika Amsal membandingkan orang benar (atau orang bijak) dengan orang bebal, yang dibandingkan adalah sesama umat Tuhan yang sama-sama telah tahu kebenaran. Tentu tidak apple-to-apple (sebanding) kalau Tuhan membandingkan orang-orang yang sudah lama mengenalnya dan mereka yang tidak tahu apa pun tentang-Nya.
Apakah pukulan Tuhan terlalu keras? Tidak! Ketika kita membandingkan bagian ini dengan kutukan di Imamat 26:14-39 dan Ulangan 28:15-46, kita akan menemukan bahwa peringatan ini sudah diberikan beratus-ratus tahun yang lalu dan dituliskan dalam Taurat Musa yang sangat dijunjung tinggi orang-orang Israel. Celakanya, sesudah itu pun, mereka masih saja tidak bertobat, bahkan sampai nanti di zaman Tuhan Yesus. Inilah mengapa kebebalan sangat dibenci Tuhan karena sejahat apa pun seseorang, hatinya bisa dilunakkan dan berbalik kepada Tuhan, kecuali jika memang ia bebal.
Saya pernah iseng menghitung berapa kali saya mendengar khotbah mingguan, ikut CG, KKR, retreat, dan lain sebagainya. Sudah ribuan kali. Mungkin Anda juga demikian. Masalahnya, ketika kita mendengar firman Tuhan, respons kita seringkali adalah, “Ah, ini tidak relevan dengan hidupku,” atau “nah ini cocok untuk si X!” atau “pengkhotbah ini tidak tahu apa-apa.” Jangan-jangan kita sendiri orang-orang bebal tersebut.
Refleksi diri:
- Apa yang terbesit di kepala Anda ketika mendengar sekali lagi mengenai firman Tuhan?
- Apakah pesan Tuhan hanya masuk telinga kanan keluar telinga kiri? Apakah ada sikap kita yang seperti orang bebal?