Tuhan Dalam Pembuangan
Yehezkiel 1:1-3
Buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan menyatakan hukum.
- Yesaya 42:3
Tidak ada orang yang suka dihukum. Meski pada dasarnya hukuman diberikan karena ada kesalahan yang diperbuat dan sebagai ganjaran demi kebaikan seseorang, tetap sebisa mungkin ia berusaha menghindarinya. Hukuman adalah sesuatu yang diberikan secara adil bagi orang yang bersalah. Namun, orang yang terhukum sering tidak dapat melihat tujuan dari hukuman tersebut dan malah berfokus pada pengalaman tidak menyenangkan yang ia rasakan. Akibatnya yang didapat dari hukuman tersebut bukannya pelajaran hidup yang baik, melainkan perasaan terbuang dan pahit hati.
Orang Yehuda pada zaman Nabi Yehezkiel juga mengalami perasaan terbuang dan pahit hati ketika Tuhan menghukum mereka. Hukuman yang mereka terima adalah pembuangan ke Babel (2Raj. 24:8-16), jauh dari keamanan tembok Yerusalem serta bait Allah yang menjadi kebanggaan mereka. Yehezkiel pun merasakan hal itu saat berada di tepi sungai bersama dengan sesama para buangan (ay. 1)
Tuhan tidak membiarkan keadaan berjalan begitu saja ketika menyatakan kehadiran-Nya kepada Yehezkiel di pembuangan. Kehadiran Tuhan dinyatakan melalui penglihatan yang luar biasa karena pemahaman orang Israel pada waktu itu, Tuhan bertakhta dalam bait-Nya di Yerusalem dan mereka dibuang ke Babel. Namun, Tuhan berfirman dan menyatakan penglihatan tentang-Nya, bahkan ketika bangsa Yehuda sedang dalam pembuangan.
Kehadiran Tuhan begitu signifikan karena menyatakan bahwa orang Yehuda tidak benar-benar terbuang saat mereka menjalani hukuman. Kondisi terbuang dan terhukum adalah dua hal yang berbeda. Terbuang berarti tidak ada harapan untuk kembali kepada Tuhan, tetapi terhukum berarti mengalami disiplin untuk kembali ke jalan yang benar. Peran Yehezkiel adalah menyuarakan suara Tuhan agar orang Yehuda berbalik kepada-Nya.
Orang yang berdosa adalah orang yang terbuang dari hadapan Tuhan, se-perti Adam dan Hawa (Kej. 3:23-24) dan rohaninya telah mati. Namun, Tuhan Yesus datang ke dunia membuat orang yang berdoa menyatakan iman percaya kepada-Nya mendapat karunia kehidupan (Rm. 6:23). Orang yang telah percaya kepada Yesus inilah yang dapat merasakan Imanuel, Allah menyertai kita (Mat. 1:23) dalam kondisi apa pun di kehidupannya, entah kondisi kehidupan baik atau sedang dalam hukuman.
Refleksi Diri:
- Bagaimana Anda memahami arti dari beriman dan berusaha?
- Apa masalah yang Anda hadapi saat ini? Sejauh mana Anda berusaha dan berdoa/beriman dalam menghadapi masalah tersebut?