Tuhan Ikut Ujian?
Maleakhi 3:6-12
Ia, yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu kepada kita bersama-sama dengan Dia?
- Roma 8:32
Maleakhi 3:10 mungkin adalah ayat yang paling populer digunakan untuk mengingatkan jemaat dalam hal memberikan persepuluhan. Namun, bukan ini yang akan kita renungkan. Kita akan membahas mengenai perintah untuk menguji Tuhan. Dalam Ulangan 6:16, Tuhan memperingatkan orang Israel agar tidak mencobai-Nya. Kenapa pada ayat 10, Dia kini meminta mereka menguji-Nya? Kok Tuhan plin-plan?
Biasanya penjelasan untuk kontradiksi ini adalah dengan membedakan antara “menguji” dan “mencobai”. Meskipun kedua kata ini memiliki pengertian yang sama di dalam Mazmur 95:9 tetapi poin yang mau disampaikan di sini adalah Tuhan tidak ingin ikut ujian. Terlebih diuji atau dicobai oleh orang percaya yang telah mengecap kasih dan kebaikan-Nya. Lantas, mengapa Tuhan sampai meminta umat menguji-Nya? Jawabannya karena begitu bobroknya iman kerohanian umat, sampai-sampai Tuhan berbicara kepada mereka seolah-olah mereka bukan orang percaya! Wajar kalau orang tidak percaya ingin menguji Tuhan. Mereka belum pernah mencicipi segala anugerah-Nya. Namun, keterlaluan sekali jika kita yang sudah percaya ingin mengetes Tuhan. Apakah kebaikan Tuhan sampai saat ini masih kurang? Apakah pernah kasih-Nya surut kepada kita? Punya keinginan itu wajar. Yang tidak wajar adalah ketika kita sampai mencobai atau menguji Tuhan untuk keinginan tersebut. “Kenapa Tuhan tidak mengabulkan doaku? Tuhan tidak sayang aku, ya? Tuhan tidak sanggup menolong, ya?” Gerutu seperti ini pun adalah bentuk menguji atau mencobai Tuhan, seperti yang dilakukan orang Israel sepuluh kali mencobai Tuhan di padang gurun (Bil. 14:22).
Jika diibaratkan sebagai ujian, Tuhan sudah mendapat nilai A++++ atau bahkan nilai tak terhingga, ketika Dia menyerahkan Anak-Nya untuk menebus kita dari dosa. Jika kita meminta hal yang baik di waktu yang tepat, tidak mungkin Tuhan tidak memberikannya untuk kita, sampai-sampai kita harus menguji-Nya. Daripada menguji Tuhan, lebih baik menguji diri sendiri. Apakah hal yang kita minta adalah hal yang baik dan di waktu yang tepat?
Refleksi diri:
- Pernahkah Anda, baik secara sadar maupun tidak, mengetes Tuhan baik di dalam gerutuan maupun doa-doa Anda?
- Apa kebaikan dan kasih Yesus di masa lalu yang bisa mengingatkan Anda akan anugerah-Nya yang tak pernah berkurang sedikit pun?