Tujuan Hidup Berkeluarga
Matius 19:4-6, Kejadian 1:26-28
Dan firman-Nya: Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.
- Matius 19:5
Berkeluarga yang sehat itu mengikuti ajaran Tuhan, yakni seorang laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya. Artinya laki-laki harus semandiri mungkin tidak tinggal di rumah orangtuanya, supaya bisa membangun keluarga yang sehat secara mental, psikis, dan rohani. Berdasar pengalaman melayani, saya menemukan umumnya istri yang tinggal di rumah orangtua suami menderita secara batin. Kecuali jika orangtuanya berusia lanjut dan kesehatannya membutuhkan pertolongan. Laki-laki perlu mandiri bersatu dengan istrinya untuk membangun keluarga dan mencapai tujuan seperti prinsip di dalam Alkitab.
Kata “bersatu” menggunakan istilah Yunani, kolethesetai, seperti dua besi yang dilas bersama untuk membentuk sesuatu yang lebih berarti atau lebih berguna. Kata ini juga berarti diperkokoh atau ditata bersama, untuk menggambarkan bahwa keduanya harus dalam hubungan saling satu sama lain dan merupakan tingkat kedekatan yang paling tinggi. Jadi, dua orang menjadi satu dan membentuk keluarga tujuannya adalah agar hidupnya lebih tertata, sempurna, kuat, dan lebih berguna. Semuanya tentu melewati proses yang harus diupayakan dengan sepenuh hati di hadapan Tuhan.
Membangun keluarga berdasar prinsip Alkitab memiliki beberapa tujuan:
(1). Saling menopang secara rohani. Suami-istri, orangtua-anak terbentuk agar membangun kerohanian yang benar di dalam Tuhan sehingga seiisi rumah mengenal Tuhan Yesus. Kemudian bersama keluarga melayani Tuhan.
(2). Saling mengisi dan membangun secara karakter dan kepribadian sehingga mengalami hidup yang lebih baik, tertata, dan lebih berguna.
(3). Saling memberikan kesenangan secara psikis dan fisik. Setiap orang perlu memikirkan apa yang harus diperbuat sehingga pasangannya dan kemudian keluarganya mendapat kesenangan.
(4). Memperoleh keturunan. Allah menciptakan keluarga untuk memperoleh keturunan. Berani berkeluarga berarti menjalankan mandat prokreasi, yakni mendapatkan keturunan, kecuali karena alasan kesehatan atau usia yang sudah sulit untuk melahirkan. Orang menikah tapi tidak ingin mempunyai anak bertentangan dengan firman Tuhan.
(5). Menjadi sahabat yang saling mengerti kesusahan, pergumulan, dan kerinduan sehingga bisa kuat dalam menjalani hidup yang sulit dan tetap bisa berkarya. Semua itu diawali dengan sikap hormat dan mengasihi seperti kepada Tuhan Yesus. Salam mencapai tujuan hidup berkeluarga.
Refleksi Diri:
- Apa tujuan Anda selama ini dalam membentuk keluarga? Apakah sudah seturut dengan yang Tuhan kehendaki?
- Dari tujuan-tujuan berkeluarga yang disampaikan di atas, apa tujuan yang Anda rasa perlu diperbaiki/ditingkatkan? Mengapa?