Tujuh Dosa Maut: Kemalasan
Amsal 24:30-34
"Tidur sebentar lagi, mengantuk sebentar lagi, melipat tangan sebentar lagi untuk tinggal berbaring," maka datanglah kemiskinan seperti seorang penyerbu, dan kekurangan seperti orang yang bersenjata. Amsal 24:33-34
Di zaman ketika semua orang merasa sibuk, jarang ada orang yang mengaku malas. Kenyataannya, malas bukan saja hal berdiam diri dan tidak bekerja. Setidaknya, ada empat ciri bentuk kemalasan yang lainnya.
(1) Masa bodoh. Tidak peduli, baik menyangkut hidup sendiri maupun lingkungan sekitar. Banyak orang hanya sibuk bekerja dan tidak peduli kepada keluarga atau kerohaniannya. Ia sibuk tetapi mengabaikan hal lain yang tidak kalah penting.
(2) Enggan melakukan sesuatu, senang menunda. Pada Amsal 20:4 tercatat, “Pada musim dingin si pemalas tidak membajak; jikalau ia mencari pada musim menuai, maka tidak ada apa-apa.” Penundaan adalah upaya membohongi diri, seolah-olah tugas itu tidak ada.
Namun pada saatnya jatuh tempo, tugas itu akan menimbulkan stres yang lebih tinggi.
(3) Usaha setengah hati atau asal-asalan. Hal ini dapat terjadi karena banyaknya pekerjaan yang harus dikerjakan atau karena kita cepat puas diri. Jika itu karena terlalu banyak tugas, maka kita harus membuat prioritas. Kita harus belajar memilih mana yang penting dan tidak.
(4) Mudah menyerah. Hidup itu penuh tantangan. Tidak semua hal dapat berjalan mulus. Ketika tantangan menghadang, apakah kita mudah menyerah?
Rasul Paulus menganggap kemalasan sebagai dosa yang serius. Dalam 1 Tesalonika 3:10, ia mengatakan, “Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.” Apa pun alasannya - bahkan demi alasan yang rohani sekalipun - kemalasan tidak dapat ditoleransi.
Jika kita menyadari tubuh kita adalah bait Roh Kudus (1Kor. 6:19), maka kita seharusnya bertanggung jawab atas setiap waktu yang ada. Jangan menyia-nyiakan waktu untuk bermalas-malasan. Efesus 5:16 berkata, “dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.” Pergunakan waktu bukan asal menggunakan, tetapi manfaatkanlah waktu secara efektif dan efisien. Jangan biarkan kemalasan menguasai diri Anda dan menggerogoti waktu Anda. Yuk, semangat bekerja demi kemuliaan nama Bapa di Sorga!
KEMALASAN MUNCUL KARENA KEENGGANAN UNTUK KELUAR DARI ZONA NYAMAN.