Tujuh nilai sorgawi: bijaksana
Lukas 16:1-9
Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi.
Lukas 16:9
Kebijaksanaan di dalam bahasa Inggrisnya sering kali menggunakan kata wisdom. Namun, kata yang lebih tepat sebetulnya adalah prudence. Menurut Oxford Advanced Learner’s Dictionary, prudence artinya berpikiran sehat dan berhati-hati dalam menilai sesuatu atau membuat keputusan. Secara khusus penekanannya dalam hal pengelolaan keuangan.
Alkitab acap kali bicara tentang uang atau harta. Dari 38 perumpamaan yang diceritakan Tuhan Yesus, enam belas di antaranya berkaitan dengan uang atau harta milik. Dalam kitab Injil, satu dari sepuluh ayat berkaitan dengan uang. Dari seluruh ayat-ayat Alkitab, ada lebih dari dua ribu ayat tentang uang dan harta milik, jauh melebihi ayat tentang doa (500) dan iman (kurang dari 500). Topik uang memang sangat bersentuhan dengan kehidupan sehari-hari manusia, termasuk orang Kristen.
Dalam perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur, secara mengejutkan Tuhan Yesus memuji bendahara itu. Tentu Yesus tidak bermaksud memuji atau membenarkan ketidakjujuran. Kesimpulan dari perumpamaan inilah (ay.9) yang menjadi beritanya. Dia mengajari orang Kristen agar bersikap bijaksana terhadap uang. Tidak ada larangan untuk menjadi kaya atau anjuran untuk hidup miskin. Rasul Paulus mengatakan bahwa cinta uang adalah akar kejahatan. Jadikan uang sebagai alat, bukan tujuan apalagi tuan.
Alat untuk mempermudah kehidupan. Alat untuk menolong sesama yang dalam kekurangan. Alat untuk melayani dan memuliakan Tuhan.
Dalam hal inilah kebijaksanaan dibutuhkan. Bijaksana dalam menentukan prioritas hidup. Bijaksana dalam mengelola uang yang kita peroleh: seberapa banyak yang digunakan, yang ditabung dan yang dibagikan. Betapa pun pentingnya uang, ia tidak boleh mengalihkan kita dari Allah. Uang tidak boleh menjadi tuan kita. Sudah banyak contoh bagaimana ketamakan tidak membahagiakan, malahan menghancurkan. Kita harus punya kesadaran bahwa Sumber berkat kita adalah Allah. Dialah Pemilik segala kepunyaan kita. Segala yang kita miliki sebenarnya adalah titipan-Nya. Kapan saja Dia kehendaki, kita harus rela mengembalikannya.
JANGAN JADI HAMBA UANG, BERSIKAPLAH BIJAK SEBAGAI TUAN ATAS UANG.