Untung Dan Rugi
Pengkhotbah 3:6
Orang yang loba, menimbulkan pertengkaran, tetapi siapa percaya kepada TUHAN, diberi kelimpahan.
- Amsal 28:25
Jika di ayat sebelumnya Raja Salomo membicarakan tentang realita kehidupan pernikahan, kini ia membicarakan tentang realita berbisnis. Ada waktunya kita bisa menimbun stok, membeli saham, menanam modal, dan berinvestasi. Namun, ada waktunya kita harus obral besar-besaran, menjual saham yang rupanya turun sebelum benar-benar anjlok, melakukan likuidasi aset, dan sebagainya. Ada waktunya kita bisa menabung, tetapi ada waktunya pengeluaran begitu besar, sampai-sampai harus menghabiskan seluruh tabungan kita untuk membiayai pengeluaran tersebut.
Ambil contoh saham. Ada sebuah tips yang mengatakan bahwa di dalam keadaan apapun, saham dijual ketika penurunan atau kenaikannya mencapai 20%. Namun kenyataannya, dalam krisis finansial dimana saham mulai anjlok, seorang investor bisa jadi berpikir, coba kita tunggu. Siapa tahu nilai saham ini akan naik. Sebaliknya, jika saham tersebut meningkat, ia berpikir, coba tunggu dulu. Siapa tahu naik lagi. Aku akan makin untung. Saya yang awam dalam dunia ekonomi tentu tidak tahu apakah tips di atas benar atau tidak, tetapi poinnya adalah apa yang dikatakan Salomo, “Ada waktu untuk menyimpan, ada waktu untuk membuang.” Orang yang terus menahan sahamnya, padahal saham itu sudah makin anjlok, adalah orang bodoh menurut Salomo. Demikian pula dengan orang yang sesudah menjual sahamnya, melihat bahwa saham tersebut naik, kemudian menyesali, “Seharusnya aku tunggu dulu!” Ia pun seorang bodoh.
Mengapa Salomo mengatakan bahwa orang-orang demikian bodoh? Karena keputusan mereka dikendalikan oleh keserakahan, bukan akal sehat! Mengapa sekarang begitu sering terjadi penipuan? Karena serakah! Prinsip ini tidak hanya berlaku untuk saham, tetapi dalam semua bentuk bisnis. Godaan terbesar dalam bisnis adalah keserakahan. Sebaliknya, orang yang berhikmat dalam bisnis adalah mereka yang dengan dewasa dan ikhlas menerima kerugian yang berada di luar kontrolnya.
Tuhan Yesus pernah mengatakan, “… jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah” (Yoh. 12:24). Meski ayat ini membicarakan kematian Yesus, prinsipnya bisa jadi berlaku dalam berbagai aspek. Kadang kala untuk meraih keuntungan, kita harus membiarkan rugi terlebih dahulu.
Refleksi Diri:
- Bagaimana kondisi bisnis Anda saat ini? Apakah sedang baik atau buruk?
- Apakah Anda sedang perlu mengambil keputusan yang berat? Jika ya, mintalah kepada Tuhan untuk mengaruniakan Anda hikmat.