Wasitnya Adalah Damai Sejahtera
Kolose 3: 5-17
Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah.
- Kolose 3:15
Apakah Anda bisa membayangkan sebuah pertandingan sepak bola tanpa ada wasit? Dua kesebelasan berhadapan, 22 pemain bertanding di lapangan, tanpa ada yang mengatur. Potensi kekacauan akan besar sekali, bahkan tidak bisa dihindari adanya pertengkaran dan perkelahian, pertandingan bisa berjalan tidak sportif bahkan menakutkan. Hadirnya wasit di pertandingan adalah mutlak. Ia memastikan semuanya berjalan sesuai aturan yang berlaku. Apa hubungannya dengan renungan kita hari ini?
Kata “memerintah” pada ayat emas di atas mengambil istilah atletik atau olahraga di zaman itu, yang berarti wasit. Jemaat Kolose adalah jemaat yang beraneka ragam, terdiri dari orang Yahudi dan orang non-Yahudi, berasal dari latar belakang budaya, tingkat pendidikan, kemampuan ekonomi yang berbeda. Jadi saat Rasul Paulus mengatakan, “Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu” tujuannya supaya seluruh jemaat ingat di tengah segala perbedaan dalam berkomunitas, wasitnya adalah damai sejahtera Kristus. Berbeda boleh-boleh saja, tidak sependapat sah-sah saja, tetapi tetap semuanya harus dilakukan dalam damai sejahtera Kristus.
Jemaat dipanggil bukan untuk bertengkar, saling menjatuhkan, menggosipkan saudara seiman, tetapi seharusnya hidup dalam perdamaian Kristus. Orang percaya dulunya adalah seteru Allah yang tidak memiliki damai sejati, tetapi Kristus memperdamaikan kita dengan diri-Nya. Kita yang sudah merasakan damai sejahtera dari Tuhan Yesus sendiri seharusnya hidup dalam damai sejahtera tersebut. Saat hidup di tengah komunitas orang percaya, kita bukan hidup menurut kemauan kita sendiri, tetapi harus ada wasitnya, yaitu damai sejahtera Kristus. Marilah hidup bukan menjatuhkan tetapi membangun, bukan membenci tetapi mengasihi, bukan menggosipi tetapi memberi semangat, bukan menjelekkan tetapi saling menasihati.
Kolose 3:15 ditutup dengan frasa “dan bersyukurlah”, sebuah ajakan untuk kita, anak-anak Tuhan. Tuhan Yesus tidak pernah memanggil kita sebagai orang Kristen seorang diri. Di dalam menghadapi tantangan dan pergumulan di dunia, kita tidak sendirian, ada saudara-saudara seiman. Bersyukurlah atas kehadiran saudara-saudara seiman. Meskipun mereka tidak sempurna tetapi Tuhan menempatkannya supaya kita bisa saling menopang. Jadilah pribadi yang bisa memberkati saudara seiman kita. Ingat wasitnya adalah damai sejahtera Kristus.
Refleksi diri:
- Apa arti komunitas Kristen bagi Anda? Sudahkah ada damai sejahtera Kristus di tengah komunitas Kristen Anda?
- Apa komitmen Anda untuk dapat hidup menjadi berkat bagi komunitas Kristen?