Yesus Menerima Orang Berdosa
Lukas 7:36-50
Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa. Ketika perempuan itu mendengar, bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu, datanglah ia membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi.
- Lukas 7:37
Perikop ini mengisahkan sebuah perjamuan makan di rumah seorang Farisi, bernama Simon. Datanglah tamu tak diundang, seorang perempuan yang dikenal sebagai perempuan berdosa yang suka menjajakan dirinya untuk mendapatkan uang. Berpuluh pasang mata menatapnya sinis dan curiga. Sang tuan rumah mungkin berpikir, buat apa ia datang kemari?
Seandainya ada orang yang dikenal berdosa datang ke gereja atau berkunjungke rumah Anda, bagaimana reaksi Anda? Reaksi tuan rumah jelas tidak menerima perempuan berdosa tersebut. Simon tentu menjaga kesuciannya secara ketat. Ia tahu tanah perjanjian telah tercemar karena pendudukan Romawi. Ia juga paling tidak menjaga kesucian tubuhnya sendiri sambil menunggu hari pembebasan tiba (kedatangan Mesias yang akan melepaskan bangsanya dari Romawi). Jadi, ia berusaha menolak kontak langsung dengan orang-orang yang dianggap tidak suci, seperti perempuan berdosa ini.
Berbeda dengan Yesus, Dia menerima perempuan berdosa ini apa adanya dengan kasih-Nya yang besar. Sekalipun mereka berdua tidak pernah bertemu, Yesus tidak risih. Perempuan itu datang dengan sikap merendahkan diri, berdiri di belakang Yesus, mendekati kaki-Nya sambil menangis. Yesus membiarkan air mata perempuan ini membasahi kaki-Nya dan menyeka dengan rambutnya, kemudian kaki Yesus diciumnya dan diminyaki dengan minyak wangi yang sangat mahal. Apakah Simon lebih baik dari perempuan berdosa itu? Di mata manusia barangkali iya, tetapi di mata Tuhan, keduanya sama-sama orang berdosa. Apakah Anda lebih baik dari perempuan berdosa itu?
Mari perhatikan beberapa poin dari sepuluh hukum Taurat. (1) Hormatilah ayah dan ibumu. Apakah Anda tidak pernah tidak menghormati mereka? (2) Jangan mengingini barang milik sesamamu. Apakah Anda tidak pernah iri hati melihat rumah atau mobil orang lain? Dari dua poin ini saja, Anda mungkin pernah melanggarnya. Dengan demikian, beranikah Anda mengatakan lebih tidak berdosa dari orang lain?
Jangan memandang rendah orang lain yang punya stigma buruk, pernah menjadi narapadana, hidupnya berantakan, atau sifatnya temperamental. Janganlah seperti Simon yang memandang diri lebih baik dan tidak memiliki kasih. Marilah belajar seperti Yesus, mau menerima orang lain apa adanya dan memancarkan kasih Allah. Kasihilah sesama karena Anda sendiri telah menerima kasih Allah.
Refleksi Diri:
- Apakah Anda pernah memandang diri lebih baik dari orang lain?
- Jika ada orang lain yang punya masa lalu yang kurang baik, maukah Anda menerima apa adanya dan menyatakan kasih kepadanya?