A Call To Rejoice (Panggilan Untuk Bersukacita)
Filipi 4:4-7
EKSPRESI PRIBADI
Situasi pandemi COVID 19 ini tentunya menimbulkan banyak kesulitan di berbagai bidang kehidupan dan tidak ada yang bisa memastikan kapan berakhirnya. Situasi ini pasti berdampak pada kehidupan setiap orang, di Indonesia BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana) mengadakan survei dari April-Mei 2020 terhadap lebih dari 20.000 keluarga yang terkonsentrasi di Jawa dan Sumatera, menunjukkan hampir 95% keluarga stres akibat pandemi (sumber Kompas, 15 Mei 2020). Orang-orang Kristen pun juga tidak luput terkena dampak menakutkan dari pandemi COVID 19 ini, baik kesehatan, pekerjaan, pendidikan dll. Anggota CG silahkan untuk bisa saling memberikan pendapat, apakah mungkin dalam situasi yang demikian masih ada ruang untuk sukacita?
EKSPLORASI FIRMAN
Tantangan yang dihadapi oleh jemaat Filipi juga tidak mudah, karena imannya mereka pun harus berhadapan dengan berbagai kesulitan. Namun di bagian akhir dari surat Filipi ini, Paulus menuliskan beberapa nasihat untuk jemaat Filipi. Salah satu yang dikatakan adalah “Bersukacitalah senantiasa, sekali lagi kukatakan bersukacitalah”. Jika memperhatikan keseluruhan surat Filipi ada beberapa kebenaran tentang sukacita yang Paulus katakan:
Sukacita karena Injil
Paulus (Flp.1:14-17) mengungkapkan bahwa ketika dia di penjara ada orang-orang yang memberitakan Injil, ada yang memberitakan karena maksud baik, tetapi ada juga yang memberitakan dengan maksud buruk, supaya beban Paulus bertambah berat di dalam penjara. Namun Paulus mengatakan “Tetapi tidak mengapa, sebab bagaimanapun juga, Kristus diberitakan, baik dengan maksud palsu maupun dengan jujur. Tentang hal itu aku bersukacita. Dan aku akan tetap bersukacita” (Flp.1:18) Injil adalah sumber sukacita Rasul Paulus, saat orang-orang bisa mengenal Tuhan Yesus sebagai juruselamat, saat ada orang-orang yang diubahkan hidupnya, yang penting Kristus diberitakan. Paulus sendiri mengatakan bahwa pengenalan akan Kristus melebihi segala-galanya, Kristus sudah cukup baginya (Flp.3:7-9). Kata sukacita dalam terjemahan literalnya dapat berarti menikmati / mengalami rahmat Tuhan, menyadari atau senang akan rahmat-Nya. Sukacita karena rahmat Tuhan yang terhilang sudah ditemukan, yang seteru diperdamaikan. Injil menyatakan kepastian sejati di tengah-tengah segala ketidakpastian. Injil selalu menjadi alasan orang percaya bersukacita.
Sukacita meskipun di dalam penderitaan
Saat membaca surat Filipi ini sangat diwarnai dengan sukacita. Setidaknya kata sukacita muncul sebanyak 16 kali dalam surat yang pendek ini. Dari surat yang penuh sukacita ini, tentu pembaca bisa berasumsi bahwa sang penulis sedang ada dalam keadaan yang nyaman, tanpa kesulitan, semua terjamin. Namun surat sukacita ini dikenal juga sebagai surat penjara, karena Paulus menulisnya ketika medekam di penjara, terisolasi, dicap sebagai kriminal, nyawanya sedang di ujung tunduk. Juga Paulus seringkali mengalami sederet penderitaan yang menyakitkannya (2Kor.11:23-28). Ternyata penderitaan itu tidak dapat memadamkan sukacita di dalam hidupnya. Bukan hanya itu saja, di surat Filipi ini juga dia mengungkapkan bahwa dia sempat berdukacita atau merasakan kesedihan yang mendalam ketika melihat Epafroditus sedang sakit (Flp.2:27). Sukacita bukan berarti tanpa kesedihan atau pura-pura tidak bersedih. Paulus berulang kali menyatakan sukacitanya, dan mengajak jemaat Filipi juga bersukacita (Flp.2:17-18). Kata ‘bersukacitalah’ (Flp.4:4) ini adalah bentuk perintah dan dalam waktu yang kekinian, artinya sukacita bukan hanya sekadar perasaan, tetapi sebuah pilihan sikap di setiap situasi yang dihadapi, termasuk penderitaan. Bersukacita tidak menyangkali perasaan atau realita kesulitan, tetapi memandang dan menyikapi dengan cara yang berbeda, penuh pengharapan. “Bersukacitalah senantiasa”, berarti orang percaya tidak pernah kehabisan alasan untuk bersukacita, sekalipun ada dalam penderitaan.
Sukacita bersumber pada Tuhan
Ayat ini mengatakan “bersukacitalah senantiasa di dalam Tuhan” sumber sukacita itu ada di dalam Tuhan (Flp.3:1; 4:10), bukan yang lainnya. Mengapa hanya di dalam Tuhan saja? Di dalam setiap keadaan yang dilalui orang percaya ada Roh Kudus yang senantiasa menyertai. Orang percaya tidak pernah ditinggalkan, kita bersukacita karena ini. Keselamatan di dalam Tuhan Yesus itu nilainya kekal, tidak bisa hilang, tidak bisa digagalkan. kita punya relasi dengan Bapa, yang sudah dipulihkan di dalam Tuhan Yesus. Sebuah relasi yang sangat berharga, orang percaya bisa selalu menghadap pada-Nya. Tuhan yang sempurna, yang menjamin dan menyertai kita yang lemah. Alasan-alasan inilah yang membuat kita bersukacita, karena itu adalah hal-hal yang tidak bisa direnggut oleh siapa pun atau oleh situasi apa pun juga. Tuhan Yesus mengatakan (Yoh. 15:11) “semuanya itu Kukatakan kepadamu, supaya sukacita-Ku ada di dalam kamu dan sukacitamu menjadi penuh” Hidup yang tidak terhubung dengan sumber sukacita tidak akan bersukacita. Manusia sekalipun tidak ada dalam masa pandemi dan hidupnya semuanya berjalan lancar, belum tentu hidupnya bersukacita, jika tanpa kehadiran Tuhan dalam hidupnya. Tuhan adalah sumber sukacita, kehadiran Tuhan di dalam hidup ini tentu saja faktor utama, tidak bisa digantikan oleh apa pun, karena ada Tuhan dalam hidup kita, maka kita bersukacita.[RR]
APLIKASI KEHIDUPAN
Pendalaman
Mengapa orang percaya dapat tetap bersukacita meskipun ada di dalam kesulitan?
Penerapan
Tentu saja, pada kenyataannya bersukacita di tengah kesulitan bukanlah perkara mudah! Bagaimana Anda bisa tetap memilih untuk bersukacita di tengah situasi sulit seperti yang dialami saat ini? Apa alasan dibalik pilihan tersebut?
SALING MENDOAKAN
Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.