A Man Of Wisdom (Pribadi Penuh Hikmat)
Matius 10:16-22
EKSPRESI PRIBADI
“Jika menjadi orang Kristen sedemikian sulit, saya sepertinya lebih baik mundur saja dan berkompromi…’’ Kata seorang Kristen kepada sahabat Kristennya dalam curhat pergumulannya yang sulit untuk jujur dalam pekerjaan di tengah masyarakat. Ia ternyata ‘ditekan’ secara iman untuk hidup suci di tengah korupsi, ketidakjujuran & pengkhianatan kepercayaan. Ia merasa sangat sulit menyaksikan imannya di tengah kondisi itu.
Banyak orang Kristen mengalami hal serupa dalam menghidupi iman dan kesaksian di tengah dunia, kemudian kompromi, dan akhirnya serupa dengan dunia. Ia masih ke gereja atau beribadah, tapi hidupnya tak lagi dalam kebenaran. Ia hidup dengan kepalsuan dan rasa bersalah tiap hari, tapi ia mengeraskan hati sedemikian dan mengalihkan kepada kesibukan yang ia suka untuk melupakan yang seharusnya ia gumulkan dengan keras. Setelah terbiasa dengan pola hidup ini, ia berjalan tak ubahnya dengan orang dunia sekitarnya. Tanpa ia sadari, ia telah jauh menjejakkan kaki dalam hidup yang tidak berkenan di hadapan Allah. Melihat ke belakang, ia ternyata sudah berjalan sekian jauh dari kebenaran.
Menyaksikan Tuhan di tengah dunia adalah panggilan Tuhan bagi setiap orang percaya. Itu bukan pilihan. Itu adalah keharusan. Dijalankan bukan dengan keterpaksaan, tetapi dengan penuh kerelaan karena kasih kepada Tuhan. Tuhan Yesus tahu apa yang akan dihadapi orang percaya yang memutuskan segenap hati mengikutNya. Ia akan mengalami hal yang tidak mudah. Dan harga harus dibayar. Di atas semua itu, Yesus menjanjikan hikmatNya beserta untuk melewati semua dengan baik.
EKSPLORASI FIRMAN
Di dalam bagian Ini, Tuhan Yesus mengajarkan prinsip yang sangat penting kepada murid-muridNya untuk mampu melewati berbagai kesulitan dan halang rintang iman dalam kesaksian di tengah dunia. Hikmat untuk hidup sebagai anak Allah sangat penting. Dengan hikmat, ia bertahan dan kuat melewati semua. Dengan hikmat, ia mampu bersaksi dengan penuh kuasa. Dengan hikmat, Allah bekerja lewat hidup anakNya. Allah menghendaki anak-anakNya menjadi pribadi yang penuh hikmat di dalam Kristus, untuk senantiasa memuliakan namaNya, di segala musim dan keadaan hidup. Ada tiga prinsip penting tentang hikmat sebagai murid Yesus untuk menjadi pribadi yang penuh hikmat dalam nas ini:
- Mengenal panggilan sebagai utusan Kristus (Mat. 10:16)
Tuhan Yesus berbicara tentang pengutusan. Dari mana orang Kristen itu? Ia diutus oleh Kristus di tengah dunia. Yesus dengan jelas berkata, ‘Aku mengutus kamu’ (Mat. 10:16). Orang Kristen berarti ‘small Christ’ atau ‘pengikut Kristus’, yang mana menyatakan dengan jelas ‘dari mana’ orang Kristen itu, sebuah jati diri. Kita berasal dari Kristus yang mengutus kita.
Yesus kemudian menjelaskan kondisi yang akan dihadapi orang Kristen. Ia sudah tahu semua kejadian di depan karena Ia Tuhan. Ia tahu segala sesuatu yang akan dialami orang Kristen. Tetapi mengapa Yesus tidak menghentikan dan mengubah keadaan? Karena itu bukanlah tujuanNya datang ke dunia. Ia menghendaki iman dan ketaatan (Bdk. Luk. 18:8). Yesus ingin orang Kristen serupa denganNya, menjalani jalan dan jejak yang Ia jalani, yaitu melakukan kehendak Bapa. Itulah makanan orang Kristen sehari-hari. Yesus tahu bahwa memang dunia akan menolak dan menekan orang Kristen karena melakukan kehendak Bapa. Ia tahu dan mempersiapkan orang Kristen, baik murid-muridNya saat itu, atau orang Kristen di segala zaman, hingga kita hari ini.
Situasi sulit yang dihadapi adalah ‘serigala, menyerahkan ke majelis agama, menyesah, dan menggiring kepada penguasa dan raja-raja’ (10:16-18). Dan semua itu adalah ‘Karena Aku’ (ay. 18), kata Yesus. Ia tahu bahwa diriNya dan murid-muridNya adalah satu (Yoh. 17:23), maka apapun yang Ia alami, pun akan dialami murid-muridNya. Dan sebaliknya, apapun yang murid-murid rasakan, Yesus merasakan (Bdk. Kis. 9:4). Yesus adalah Tuhan yang tahu keadaan di depan, dan Ia mengingatkan para murid akan ‘panggilan/calling’ asal mereka, yaitu Kristuslah yang mengutus dan ‘karena Aku/Kristus’lah semua harga harus dibayar. Dan itulah harga sebuah panggilan. Dan semua itu layak, worthed to pay. Orang yang berhikmat adalah mereka yang tahu apa yang sedang mereka jalankan dan korban, bukan sebagai sesuatu yang fana, tetapi untuk sesuatu yang mulia dan kekal. Inilah juga yang dikatakan seorang hamba Tuhan bernama Jim Elliot tentang orang yang bijaksana: “He is no fool who gives what he cannot keep to gain that which he cannot lose.” Orang yang memberikan yang tidak dapat disimpannya secara kekal untuk sesuatu yang secara kekal tidak akan hilang adalah pribadi yang berhikmat.
- Waspada dan tidak kuatir (Mat. 10:17, 19)
Wisdom atau hikmat yang Yesus ajarkan dalam bagian ini bukan hanya mengenal situasi yang akan terjadi tatkala taat mengikut Yesus dan mengerjakan panggilan, tetapi bagaimana mengatasi dan melewati semua dengan hati yang mempunyai wisdom, yaitu tidak kuatir dan senantiasa waspada (ay. 17 dan ay. 19).
Waspada dan tidak kuatir adalah dua value iman yang sangat penting dan ditekankan Alkitab secara berulang-ulang, baik dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Kata ‘Jangan kuatir’ atau jangan takut dan yang serupa diulang-ulang sepanjang Alkitab sebanyak 365 kali, dimana ini sama dengan jumlah hari dalam setahun. Hal ini mengajarkan kepada orang percaya untuk tidak kuatir setiap hari, dalam menghadapi tantangan hari demi hari.
Yesus meminta para murid selain tidak kuatir juga waspada. Tidak kuatir dan waspada menjadi bagian iman yang tidak dapat dipisahkan, karena Yesus tidak memisahkan ini dalam konteks pergumulan orang Kristen dalam perikop ini. Orang yang waspada itu seharusnya tidak kuatir, dan orang yang tidak kuatir juga seharusnya senantiasa waspada. Tidak kuatir dan waspada selalu berjalan beriringan dalam hidup orang percaya. Dengan dua value ini, orang Kristen akan memiliki wisdom/hikmat dalam melangkah sebagai saksi Tuhan yang kuat dan efektif di tengah dunia. Dan ini dilakukan setiap hari dalam memuliakan Allah sebagai pribadi yang memiliki hikmat.
- Mengalami janji penyertaan Allah (Imanuel) (Mat. 10:20)
Tuhan Yesus berbicara tentang Roh Bapa yg akan ambil bagian dan berbicara/berkata-kata pada waktunya (ay. 20). Ini adalah tentang hikmat untuk efektif dalam ucapan. Banyak hal dalam hidup ini tidak efektif, misalnya berkata pada waktu harus diam, terlalu banyak bicara saat hanya perlu sedikit bicara, melakukan sesuatu pada waktu harus diam, dan seterusnya. Dampak/akibat daripadanya seringkali sangat fatal dan buruk, bahkan penyesalan. Banyak hal yang sudah dikatakan orang-orang berpengaruh bahkan dapat menimbulkan peperangan dan kehancuran hidup.
Hikmat dalam perkataan itu sangat penting, dan Allah menjanjikan hal ini sebagai penyertaanNya bagi anak-anakNya dalam menyaksikan kebenaran. Betapa penting hikmat dalam perkataan, tepat diucapkan dengan takaran pas, cara yang baik, waktu yang tepat, dengan emosi yang tepat pula, inilah momentum dalam perkataan. Dan Yesus tahu akan momentum perkataan yang tepat dalam keefektifan yang akan melahirkan kesaksian besar yang mendentum. Oleh karena itu, Allah menjanjikan Roh Kudus yang akan bekerja dalam perkataan kesaksian akan kebenaran bagi murid-muridNya. Kuasa Allah bekerja luar biasa lewat perkataan kesaksian iman. Petrus berkhotbah dan 3000 orang bertobat. Banyak hamba Tuhan seperti Billy Graham, Billy Sunday, D. L. Moody dan lainnya, dengan kuasa dalam perkataan yang menyaksikan iman dan membawa jutaan orang datang kepada Kristus dalam pertobatan. Tuhan memakai perkataan mereka untuk menyaksikan kebenaran dan memuliakanNya. Allah sendiri berbicara lewat Roh Kudus dalam khotbah dan perkataan mereka akan kesaksian tentang kebenaran.
Yesus berjanji bahwa bahkan di dalam bagian tersulit hidup iman yang ditekan sedemikian, ada penyertaan Roh Kudus. Murid-muridNya tidak sendirian. Meskipun Yesus pernah ditinggal sendirian oleh murid-murid di bagian tersulitNya, yaitu ketika di salib, tetapi tidak demikian dengan Yesus. Yesus ada di bagian tersulit murid-muridNya. Banyak orang berpikir bahwa di kala hidup berada di titik tersulit, Allah tidak hadir di sana. Yesus seolah tidur dalam badai di danau, tetapi sesungguhnya Ia berkuasa atas keadaan. Dan pada waktunya, Ia akan menyatakan kuasaNya.
Orang Kristen tidak pernah sendirian dalam melangkah di tengah kesulitan dan penderitaan, sebaliknya, di dalam bagian tersulitlah, Allah menyatakan diriNya dan kuasaNya sedemikian. Di dalam kesulitanlah, orang Kristen dapat merasakan kuasa Allah sedemikian besar. Hal ini bukan berarti bahwa di saat-saat biasa, Allah tidak hadir. Allah selalu hadir (imanuel) dalam segala keadaan, tetapi kuasa Allah yang unik dan besar dapat ditimba dan dirasakan oleh anak-anakNya dengan cara tertentu dalam kondisi yang tidak mudah. Sebagaimana Paulus mengatakan, “Sebab jika aku lemah, maka aku kuat” (2Kor. 12:10). Di saat yang paling dibutuhkan yaitu dalam kelemahan, Paulus kuat, karena Allah menguatkannya dengan kekuatan yang dapat dirasakannya sedemikian rupa. Inilah janji penyertaan Allah dalam segala kondisi. Orang yang berhikmat akan berjalan bersama penyertaan ini dan merasa nyaman meski ombak menderu. Lewat penyertaan Allah ini, seorang pribadi menjadi pribadi yang berhikmat dalam menyaksikan kebenaranNya secara powerful.
Sebagai orang percaya di tengah zaman yang tidak mudah, orang Kristen tetap dipanggil menjadi pribadi yang berhikmat. Hikmat itu berasal dari Allah sendiri. Hikmat itu akan membawa orang percaya mengenal panggilan sebagai utusan Kristus, senantiasa tidak kuatir dan selalu waspada mengandalkan Allah, dan mengalami janji penyertaan Allah. Inilah orang Kristen yang penuh hikmat. Ia akan menghadirkan kemuliaanNya secara efektif di tengah dunia.[RP]
APLIKASI KEHIDUPAN
Pendalaman
Seturut nas ini tantangan apa yang akan Anda alami hari ini sebagai orang Kristen dalam menjadi saksi Tuhan yang diutus di tengah dunia ini? Apakah prinsip yg Anda pelajari dari bagian ini untuk menjadi pribadi yang berhikmat?
Penerapan
Bagaimanakah mewujudkan sebuah hidup sebagai pribadi yang berhikmat sebagai saksiNya di tengah dunia di dalam konteks Anda jalankan? Apa kesulitan Anda secara pribadi?
SALING MENDOAKAN
Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.