Family: Pilars of Faith Regeneration (Keluarga: Fondasi Bagi Regenerasi Iman)

2 Timotius 1:1-8, Amsal 22:6
EKSPRESI PRIBADI
Kita bersyukur karena kita memiliki keluarga dan menjadi bagian dari keluarga. Kita tertawa dan menangis bersama dengan keluarga. Kita bisa memiliki berbagai pengalaman yang indah maupun pahit, bersama dengan keluarga kita. Nah, pertanyaannya adalah seberapa penting keluarga bagi kita? Selama ini, apa peran keluarga di dalam kehidupan kita terutama di dalam perjalanan iman kita? Apakah kita mengenal Kristus Yesus melalui orang tua ataukah dari orang lain? Apakah iman kita bertumbuh di dalam keluarga kita? Mari kita diskusikan bersama.
EKSPLORASI FIRMAN
Surat 2 Timotius adalah surat terakhir yang ditulis Rasul Paulus kepada Timotius, anak rohaninya (ay. 2: “kepada Timotius, anakku yang kekasih…”). Surat ini sarat dengan nasihat-nasihat penting secara khusus berkenaan dengan kehidupan dan pelayanan sebagai seorang Hamba Tuhan. Bahkan Rasul Paulus sendiri menjadikan dirinya contoh atau teladan bagi Timotius baik di dalam kehidupan dia secara pribadi mau pun di dalam pelayanan. Hal ini Rasul Paulus lakukan karena bagi Rasul Paulus, Timotius adalah seorang yang baik dan bertanggung jawab atas semua pelayanan yang ia kerjakan. Hal ini terlihat dari awal perjumpaan Rasul Paulus dengan Timotius seperti yang ditulis di Kisah Para Rasul 16:2 “Timotius ini dikenal baik oleh saudara-saudara di Listra dan di Ikonium,” karena itu “Paulus mau, supaya dia menyertainya dalam perjalanan” (Kis. 16:3; lih. 1 Kor. 4:17).
Hal pertama-tama yang dikenang Rasul Paulus sebelum Rasul Paulus meninggalkan dunia ini adalah bagaimana perjalanan iman Timotius. Timotius bukanlah seorang yang diinjili oleh Rasul Paulus tetapi Timotius sudah percaya kepada Tuhan Yesus sejak dia kecil (“Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci” – 2Tim. 3:15). Siapakah yang mengajar injil kepada Timotius? Mereka adalah Lois, nenek Timotius dan Eunike, ibu Timotius. Mereka ada dua sosok yang sangat berperan besar di dalam perjalanan iman Timotius. Mengapa mereka berdua? Ke mana sosok ayah Timotius? Ternyata menurut catatan Kisah Para Rasul, ayah Timotius adalah seorang Yunani. Tidak heran, nenek dan ibu Timotius yang adalah orang-orang Yahudi, yang mengajar kitab suci (Taurat) kepada Timotius. Karena mereka berdua, Timotius mengenal jalan keselamatan di dalam Kristus Yesus. Melalui mereka berdua juga, Timotius tumbuh menjadi seorang yang baik, setia dan taat kepada Firman Tuhan.
Hal ini mengingatkan kepada kita betapa penting peran orang tua di dalam mengajar dan membimbing anak-anak untuk mengenal siapa Tuhan Yesus itu. Ada sebagian orang tua yang menyerahkan peran ini kepada guru di sekolah (sekolah Kristen) atau pun kepada guru-guru Sekolah Minggu di mana anak-anak mereka beribadah. Tetapi dari kisah iman Timotius, kita bisa belajar bahwa sebagai orang tua atau orang yang lebih tua (kakek nenek) bisa mengambil peran di dalam perjalanan iman anak-anak kita. Justru orang tua memiliki banyak kesempatan untuk mengajar kebenaran kepada anak-anak mereka seperti yang biasa dilakukan oleh para orang tua Yahudi di dalam pendidikan iman anak-anak mereka (Ul. 6:6-9). Karena itu, mari sebagai orang tua kita bisa mengajarkan iman dan menjadi teladan iman bagi anak-anak kita supaya keluarga kita menjadi keluarga yang mengasihi Tuhan.
Hal kedua yang menjadi penekanan Rasul Timotius adalah jangan menyia-nyiakan panggilan sebagai saksi Kristus di dalam kehidupan Timotius. Rasul Paulus berkata: “Karena itu kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu oleh penumpangan tanganku atasmu” (2Tim. 1:6). Rasul Paulus juga meminta Timotius “janganlah malu bersaksi tentang Tuhan kita” (2Tim. 1:8). Rasul Paulus memberikan penekanan bahwa setelah Timotius diselamatkan, jangan lupa untuk pergi menjadi saksi ke mana pun Tuhan mengutus dia walaupun harus menderita.
Perintah Rasul Paulus kepada anak rohani, Timotius, menyatakan bahwa dia ingin injil yang ia beritakan dapat diteruskan oleh Timotius sebagai anak rohaninya. Rasul Paulus sebagai ayah rohani atau mentor ingin Timotius tetap setia di dalam penggilannya apa pun resikonya. Sebagai orang tua rohani, Rasul Paulus tidak lupa memberikan nasihat, semangat bagi Timotius dan juga menjadi sahabat tatkala Timotius mengalami kesulitan.
Hal ini juga mengingatkan kepada kita bahwa kita perlu memberikan dorongan dan semangat bagi anak-anak kita untuk terlibat di dalam pelayanan. Tatkala kita bersama-sama melayani sebagai keluarga, maka kita akan merasa sangat berbahagia karena sebagai satu keluarga, semua dipakai Tuhan untuk melayani-Nya. Mari kita juga bisa mengajak anak-anak kita melayani. Tetapi haruslah mulai dari diri kita sebagai orang tua. Jadilah teladan bagi anak-anak kita, maka mereka juga akan mengikuti jejak-jejak kita. (SO)
APLIKASI KEHIDUPAN
Pendalaman
Apakah yang menjadi penghalang Anda sebagai orang tua membawa anak-anak percaya kepada Yesus Kristus?
Penerapan
Bagaimana caranya Anda sebagai satu keluarga bisa bertumbuh dan semakin serupa dengan Kristus?
SALING MENDOAKAN
Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.