God's Grace For Broken Family (Anugerah Allah Bagi Keluarga Berantakan)
Kejadian 50:15-21
EKSPRESI PRIBADI
Sepuluh tahun lalu, Data Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) menyampaikan bahwa Indonesia pernah memegang predikat sebagai negara yang menduduki peringkat tertinggi perceraian se-Asia Pasifik. Jumlah tersebut kian meningkat dari tahun ke tahun. Fakta tersebut menunjukkan Indonesia darurat perceraian. Pasalnya, keretakan hubungan suami istri memicu timbulnya masalah baru yakni anak broken home. Adapun, dikutip dari laman BPS, secara total ada 516.344 pasangan memilih bercerai pada 2022. Jumlah ini meningkat 15,3 persen dari tahun sebelumnya, yaitu 447.743 kasus. [https://context.id/read/1001/naiknya-angka-perceraian-anak-jadi-korban]
Dalam hal ini bagaimana dengan kondisi keluarga Kristen? Apakah keluarga Kristen sedang baik-baik saja? Tentu saja, keluarga-keluarga Kristen tidak kebal dari masalah perceriaan, anak ”broken home” dan ”dysfunctional parenting.” Ada banyak yang telah mengalami luka batin, trauma, kepahitan atas hidup keluarga mereka yang berantakan ini. Lalu, dimanakah letak kehadiran Anugerah Allah di tengah keluarga yang berantakan ini (God’s grace for broken family)? Mari kita bersama mempelajari bagian teks Alkitab hari ini (Kej. 50:15-21) untuk menemukan prinsip-prinsip apa yang harus dilakukan agar kita mengalami anugerah Allah itu!
EKSPLORASI FIRMAN
Prinsip-prinsip apa yang harus dilakukan agar kita mengalami Anugerah Allah bagi keluarga yang telah berantakan (God’s grace for broken family)?
- Akuilah – Dare to Admit (ay 15)
Ada yang mengatakan bahwa mengakui adanya masalah adalah langkah awal dari proses penyelesaian masalah itu sendiri (Admitting To A Problem Is The First Step Toward Solving A Problem). Tatkala saudara-saudara Yusuf menyadari potensi balas dendam dari adik yang telah mereka jual beberapa tahun yang lampau, maka mereka memulai penyelesaian masalah ini dengan mengakui bahwa apa yang mereka telah lakukan di masa lalu adalah memang sebuah kejahatan. Kej 50:15 mencatat bahwa mereka mengakuti sepenuhnya bahwa menjual Yusuf adalah “kejahatan yang telah kita lakukan kepadanya” dan mereka tahu hal ini akan menimbulkan potensi balas dendam dari Yusuf, apalagi saat ini Yusuf sudah menjadi seorang penguasa di Mesir dan saat itu juga “ayah mereka telah meninggal”
Demikian pula dengan kita saat ini dalam proses mengalami anugerah Allah bagi pemulihan, maka langkah pertama adalah kita tidak perlu gengsi ataupun malu untuk mengakui bahwa kita tidak sedang baik-baik saja saat ini. Memang pada umumnya ada banyak pasangan malu mengakui bahwa hubungan suami isteri mereka sedang ada masalah (misalnya, masalah keuangan, seks, dll), atau banyak orang tua yang juga malu mengakui kegagalan dalam parenting (misalnya, terlalu keras terhadap anak, atau sebaliknya terlalu memanjakan anak, dll). Namun apabila kita sungguh serius mau dipulihkan dalam anugerahNya, maka tidak ada jalan lain, selain mengambil langkah pertama, yaitu: dare to admit - akuilah bahwa kita tidak sedang baik-baik saja!
- Hadapilah – Dare to Fix (ay 16-19)
Dalam beberapa konteks budaya ada cukup banyak kasus/masalah kehidupan yang di ”peti-es”kan. Apa artinya ”dipeti-es”kan? Artinya, kasus/masalah itu tidak dituntaskan penyelesaiannya. Memang biasanya alasan yang dimunculkan adalah untuk menjaga atau menyelamatkan muka dari keluarga yang bermasalah. Namun, apakah menghindari masalah adalah cara terbaik untuk menyelesaikan masalah? Barangkali untuk batasan tertentu di perlukan sementara untuk ”cooling down” sikon yang ada, namun hal itu tidak menjustifikasi bahwa masalah itu tidak perlu diselesaikan di satu waktu. Kita tetap harus berani menghadapi masalah itu dan menyelesaikannya. Kej 50:16-19 mencatat bahwa pada awalnya memang saudara-saudara Yusuf ”menyuruh orang menyampaikan” (Kej 50:16) pesan permohonan atas nama ayah mereka: ”ampunilah kiranya kesalahan yang dilakukan” (Kej 50:17). Namun, pada akhirnya mereka pun berani untuk menghadapi ”sendiri dan sujud di hadapan” Yusuf (Kej 50:18). Sikap ini pun disambut dengan hati yang hancur dan isak tangis yang mendalam dari Yusuf yang menyadari status dirinya bukanlah Allah yang berhak untuk membalas dendam atas kesalahan-kesalahan mereka. Yusuf berkata, ”Janganlah takut, sebab apakah aku ini Allah?” (Kej 50:19).
Demikian pula dengan kita saat ini dalam proses mengalami anugerah Allah bagi penyelesaian masalah kita, maka langkah selanjutnya adalah kita harus berani untuk menghadapi dan menyelesaikannya (dare to fix the problem). Memang barangkali untuk masalah/kasus tertentu terkadang dibutuhkan satu batasan ruang dan waktu untuk di-peti-es-kan sementara untuk tujuan agar suasana lebih ”cooling down”. Namun, hal itu tidak boleh menjustifikasi masalahnya jadi diabaikan, apalagi dilupakan!
- Imanilah – Dare to Learn (ay 20-21)
Sebuah lagu yang berjudul “trust His heart” karangan Babbie Mason menuliskan liriknya yang begitu indah untuk kita berani belajar percaya (beriman) kepada hikmat Allah yang tidak pernah salah dan isi hati Allah yang tidak pernah jahat (God is too wise to be mistaken and God is too good to be unkind). Di saat kita tidak mengerti mengapa semua masalah ini menimpa hidup kita, maka kita harus belajar seperti Yusuf mengimani ”Allah telah merancangkannya demi kebaikan” (Kej 50:20) dan untuk tujuan yang jauh lebih besar yang terkadang tak terselami.
Demikian pula dengan kita saat ini dalam proses mengalami anugerah Allah bagi penyelesaian masalah, kita harus berani belajar untuk beriman, walaupun saat ini kita tidak mengerti mengapa harus terjadi, bahwa semuanya itu terjadi untuk mengenapi rencana Allah yang jauh lebih besar, lebih agung dan lebih mulia dari apapun yang pernah dan sanggup kita bayangkan saat ini. “Jadi, janganlah takut, aku [Tuhan Allah, melalui diri Yusuf] akan memelihara kamu dan anak-anakmu juga” (Kej 50:21). [CK]
APLIKASI KEHIDUPAN
Pendalaman
Bagaimana Anugerah Allah itu memulihkan kehidupan keluarga yang broken?
Penerapan
Apa ketakutan terbesar atas hidup keluarga Anda saat ini? Bagaimana Anda menghadapinya dengan pertolongan Allah?
SALING MENDOAKAN
Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.