Integrated life-style
Galatia 2:11-14
Ekspresi Pribadi
Pasti kita pernah mendengar peribahasa "serigala berbulu domba"atau lirik sebuah lagu "buah semangka berdaun sirih" dimana dari semuanya itu mengandung konotasi kepalsuan. Kepalsuan adalah serupa tetapi tidak sama dengan yang asli. Lalang dan gandum dibiarkan bertumbuh bersama dan tidak dibuang karena sulit untuk membedakannya, tetapi ketika waktu memanen tiba barulah kita dapat membedakan antara lalang dan gandum. Gandum akan memunculkan bulir-bulir yang siap dituai dan lalang akan diikat dan dibakar habis. Inilah yang dikatakakan dengan kepalsuan. Kepalsuan merupakan sesuatu yang kita lakukan untuk menutupi kebenaran siapakah diri kita sesungguhnya demi merasa lebih nyaman atau dapat diterima di oleh orang lain. Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda terjebak dalam kepalsuan?
Eksplorasi Firman
Kepalsuan bukan hanya terjadi dalam kehidupan sehari-hari, tetapi dapat menjerat siapapun termasuk orang-orang percaya sekalipun. Tidak sedikit orang Kristen bahkan pengurus gereja yang perkataannya tidak bisa dipegang, melakukan penipuan, bahkan kelakuan hidupnya tidak bisa menjadi teladan karena tidak memiliki integritas di dalam kehidupannya. Hal ini terjadipun terjadi kepada salah seorang rasul yaitu Petrus. Di dalam Galatia 2:11-14, dikisahkan tentang Petrus dan Barnabas serta orang Kristen Yahudi yang sedang mengadakan perjamuan makan bersama dengan orang-orang Kristen yang bukan keturunan Yahudi dan yang tidak bersunat (Antiokia). Di dalam ayat 12 kita melihat, bahwa perjamuan makan ini berjalan baik dan tidak ada masalah, namun ketika ada orang-orang dari kalangan Yakobus yang adalah orang-orang Kristen yang masih memegang tradisi Taurat dengan ketat dan mengharuskan orang-orang Kristen Yahudi untuk tidak bergaul bahkan untuk makan semeja dengan orang-orang bersunat, dicatat bahwa "Petrus mengundurkan diri dan menjauhi mereka karena takut akan saudara-saudara yang bersunat" (ay.12). Dan kita melihat di ay. 14 Paulus memberikan teguran keras kepada Petrus, Barnabas dan juga orang-orang Yahudi yang mengikuti Petrus dengan menggunakan kata "kafir" yang artinya, mereka mengenal Allah, tetapi hidup seperti tidak memiliki Allah. Mereka lebih takut kepada aturan dan kepada manusia dari pada kepada Allah. Pertanyaannya: Bagaimana kita bisa hidup berintegritas sebagai murid Kristus yang baik?
- Memiliki Hati yang Takut Akan Tuhan
Takut di tolak, takut di hakimi, dan takut gagal menjadi perasaan yang akan selalu membuat kita akhirnya mengambil sikap untuk mempertahakan diri sendiri dengan segala cara dan mengabaikan kebenaran yang ada. Jika kita memperhatikan apa yang dilakukan oleh Rasul Petrus, Barnabas dan orang Yahudi lainnya yang mendapatkan teguran dari Rasul Paulus adalah orang-orang yang merasa takut kepada aturan hukum Taurat. Mereka mempertahankan diri mereka dengan mengundurkan diri satu persatu supaya tidak dihakimi atau dianggap najis oleh orang-orang Yahudi lainnya (ay. 12). Ada beberapa kemungkinan yang Petrus dan lainnya takutkan: (1) ia takut dianggap dan di cap sebagai pelanggar hukum Taurat, (2) ia menjadi orang yang takut ditolak atau tidak menyenangkan kelompok Yakobus (3) ia takut akan diserang oleh kelompok Yakobus. Mereka berfokus kepada diri mereka sendiri sehingga akhirnya mereka mengorbankan integritas mereka dan menjadi orang-orang yang munafik dan penuh kepalsuan. Tidak heran kenapa RPaulus menegur mereka, karena mereka bukan lagi takut kepada Allah, tetapi mereka dikuasai dan berfokus kepada diri sendiri. Jika kita memiliki hati yang takut akan Tuhan, maka dimanapun kita berada, apapun yang kita lakukan, kita akan berfokus kepada Tuhan dan menghormati-Nya apapun yang kita lakukan. Bila kita memiliki hati yang takut akan Tuhan maka hidup kita akan senantiasa jujur, setia, dapat diandalkan dan konsisten di dalam bertindak. Inilah yang dikatakan dengan kualiatas dari sebuah integritas. Pada saat kita memiliki kualitas integritas yang baik maka kita tidak akan diremehkan. Kitab Suci menuliskan dengan gamblang tentang kehidupan para tokoh Alkitab, ada yang gagal ada yang berhasil. Integritas hidup berkualitas adalah kehidupan yang membiarkan orang luar menilai diri kita.
- Sadar Akan Identitas Baru yang diberikan Tuhan
Integritas berkenaan dengan jati diri sebagai orang yang percaya kepada Tuhan. Integritas berbicara mengenai kesejatian bukan kemunafikan, kemurnian bukan pura-pura. Yesus dikenal sebagai pribadi yang lemah lembut, namun Ia tidak berkompromi dengan sikap orang Farisi dan ahli Taurat. Mereka diumpamakan seperti kubur yang dilabur putih. Dari luar tampak putih bersih, namun di dalamnya penuh tulang belulang. Rasul Paulus menegur mereka di ay.14 "Jika engkau seorang Yahudi, hidup secara kafir bukan secara Yahudi, bagaimana engkau dapat memaksa saudara-saudara yang tidak bersunat untuk hidup sercara Yahudi?" Paulus ingin mengingatkan Petrus, Barnabas dan orang Kristen Yahudi lainnya agar tetap bertanggung jawab dan hidup sesuai dengan identitas yang diberikan Tuhan. Jika kita mengetahui tentang kasih, tetapi kita tidak dapat mengasihi, maka kita adalah orang munafik, jika kita tahu bahwa tidak jujur merupakan hal yang salah, namun kita tetap hidup dalam kebohongan maka kita disebut sebagai orang munafik.
Integritas menyatakan apa adanya diri kita secara tulus. Suatu keberanian dan keteguhan untuk menyatakan diri dengan jujur tanpa manipulasi demi keuntungan atau motivasi tertentu. Orang yang berintegritas adalah orang yang memiliki keutuhan dan keselarasan dalam pikiran, perasaan, sikap perbuatan dan perkataan. Semua aspek dalam dirinya internal dan eksternal tetap sinkron dan harmonis. Tidak ada rekayasa atau kepalsuan.
Aplikasi Kehidupan
PENDALAMAN
Apakah yang membuat orang Kristen dapat jatuh ke dalam hidup dalam kepalsuan?
PENERAPAN
Langkah konkrit apa dapat Anda lakukan untuk menjadi pribadi yang berintegritas?
Saling Mendoakan
Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain