Jiwaku memuliakan Tuhan (advent 3: joy)
Lukas 1:46-55
EKSPRESI PRIBADI
"Jiwaku memuliakan Tuhan" (Luk. 1:46) adalah ungkapan baris pertama dari lirik lagu pujian Maria yang selanjutnya terkenal dalam sepanjang sejarah musik gereja dengan "Kidung Magnificat". Salah satu nya yang legendaris adalah "The Magnificat" hasil karya J.S. Bach (seorang komposer besar yang jenius di jaman Barok). Kata "magnificat" itu sendiri diambil dari kalimat pertama dari liriknya, yaitu: "magnificat anima mea Dominum" (latin) yang merupakan kerinduan hati Maria yang terdalam "to magnify God" sebagai tema utamanya. Dalam hal ini, memang terjemahan King James Version sangat tepat dituliskannya demikian, "My soul doth magnify the Lord" (KJV).
EKSPLORASI FIRMAN
Adapun latar belakang terciptanya nyanyian pujian Maria ini adalah tatkala setelah Maria mendapatkan pesan malaikat Gabriel bahwa dia beroleh kasih karunia Tuhan untuk menjadi ibu yang melahirkan Yesus, maka dia mengunjungi sanaknya, Elisabet, yang juga saat itu sedang mengandung (yang kelak menjadi Yohanes Pembaptis). Pada saat Maria memberi salam kepada Elisabet, anak dalam kandungannya bergerak dan Elisabet penuh dengan Roh Kudus dengan berseru dengan suara nyaring, "diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu" (Luk. 1:42). Dan sebagai balasannya, Maria pun mengumandangkan respon berupa pujian "magnificat" ini, yang sangat diwarnai dengan kutipan gema doa Hana yang tercatat dalam kitab Perjanjian Lama (I Sam. 2:1-10).
Berdasarkan dari isi lirik pujiannya, kita dapat menyimpulkan beberapa alasan mengapa jiwa Maria meneriakkan kerinduannya yang terdalam untuk memuji dan membesarkan Tuhan (to magnify the Lord)?
Pertama, adanya hati yang bersukacita karena "Allah, juruselamatku telah memperhatikan kerendahan hambaNya "dimana "hatiku bergembira ("rejoice", KJV) karena Allah, Juruselamatku" (Luk. 1;47). Jadi, dasar sukacita Maria ini tertumpu bukan kepada kondisi atau situasi sekitarnya, tapi kepada Sang Pribadi Allah, tidak hanya sebagai Juruselamatnya, tapi juga sebagai Tuhan atas hidupnya. Sikap kerendahan hati Maria sebagai hamba Tuhan terlihat ketika ia menerima dengan penuh apa yang menjadi kehendak Tuhan atas hidupnya. Hal ini tercermin dari perikop sebelumnya dimana dia dengan taat menempatkan dirinya sebagai hamba, "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu" (Luk. 1:38)
Kedua, adanya hati yang berbahagia karena Allah "Yang Maha Kuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan namaNya adalah kudus" dan "mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia ("blessed", KJV)" (Luk. 1:48-49). Hal ini juga merupakan cerminan dari iman Maria bahwa bagi Yang Maha Kuasa, tidak ada perkara yang mustahil, termasuk proses adikodrati akan keberadaan dirinya sebagai ibu yang mengandung Anak Tunggal Allah, bayi Yesus. Dia sanggup melakukan segala perbuatan yang besar demi namaNya yang kudus dan demi keselamatan umatNya. Maria menjadi berbahagia atau diberkati (blessed) karena dia sungguh mengimani dan mengamini apa yang disampaikan oleh malaikat Tuhan sebelumnya, yaitu "sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil" (Luk. 1:37).
Ketiga, adanya hati yang berharap karena Allah adalah Tuhan yang aktif bertindak sebagai Pembela dan Penolong bagi umatNya, "Ia akan memperlihatkan kuasaNya dengan perbuatan tanganNya" (Luk. 1:51), "Ia akan menurunkan orang-orang yang menurunkan orang-orang yang berkuasa" (Luk. 1:52), "Ia akan melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar" (Luk. 1:53) dan "Ia akan menolong Israel…seperti yang dijanjikan kepada nenek moyang kita" (Luk. 1:54-55). Dia bukanlah Tuhan yang "buta apalagi tertidur." Adalah sungguh benar bahwa "Gusti Allah ora sare" (bahasa jawa), yang artinya: "Tuhan Allah tidak tidur", bahkan lebih dari itu, Dia telah, sedang dan akan terus mencurahkan dengan kelimpahan "rahmatNya turun temurun atas orang yang takut akan Dia" (Luk 1:50) dan atas orang yang terus berharap dan menantikan kedatanganNya (adventus). TuhanYesus memang telah datang ke dunia (the 1st coming), tapi Dia berjanji akan datang kali kedua (the 2nd coming), tidak lagi sebagai bayi natal di palungan Betlehem, tapi sebagai Sang Hakim, yang akan mengadili dunia dengan penuh kuasa dan keadilanNya. Gereja Tuhan harus terus memuliakan Dia "to magnify the Lord" dan memiliki hati yang terus berharap pada janji kedatanganNya kali kedua sebagai "Raja atas segala raja dan Tuan atas segala tuan" (Wah 19:16). Salam adventus!. [CK]
APLIKASI KEHIDUPAN
(PROFIL MURID : KRISTUS, KARAKTER, KOMUNITAS, KELUARGA & KESAKSIAN)
Pendalaman
Menurut Anda, apa arti dari memuliakan Tuhan? Bentuk tindakan seperti ada yang dikatakan sebagai memuliakan Tuhan?
Penerapan
Apa yang menjadi penghalang Anda mengalami sukacita di dalam Tuhan? Sebutkanlah faktor-faktor yang menjadi penghalang tersebut!
SALING MENDOAKAN
Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.