Less Is More (Kurang Itu Lebih)
1 Timotius 6:17-19; Lukas 12:13-34
BAHAN CARE GROUP
Ada seorang pengusaha kaya yang sangat sukses secara materi, namun ia merasa kosong dan tidak bahagia hidupnya karena terobsesi dengan pertumbuhan kekayaannya. Di sisi lain, ada seorang pekerja sederhana yang memiliki sedikit harta namun hidup dengan sukacita dan penuh kepuasan dalam Tuhan karena dia mengalami sukacita yang sejati dalam melayani orang lain dan membagikan apa yang dia miliki. Kekayaan materi tidak menjamin kebahagiaan sejati, tetapi ketika kita memprioritaskan hubungan dengan Allah dan melayani sesama dengan penuh kasih, kita akan mengalami kekayaan yang sejati dalam kehidupan. Menurut Anda, mengapa kebahagiaan sejati justru tidak terletak pada kekayaan materi tapi pada Tuhan? Bagikan jawaban Anda dalam care group Anda.
EKSPLORASI FIRMAN
Teks kita hari ini merupakan pesan yang diinspirasi oleh Roh Kudus melalui surat Rasul Paulus kepada Timotius, mengenai pengajaran dan peringatan kepada orang-orang kaya dalam jemaat. Paulus menekankan bahwa pengharapan kita hanya kepada Tuhan dan bukan kepada harta kekayaan materi. Dalam 1 Timotius 6:17-19, Paulus memberikan dua instruksi kepada Timotius terkait dengan orang-orang kaya.
Pertama, hidup mengandalkan Tuhan, bukan uang. “Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati.” (ay. 17). Dalam teks ini, Paulus memperingatkan orang kaya agar tidak tinggi hati atau sombong. Alasannya karena harta itu adalah pemberian Allah. Karena itu hendaklah orang kaya tidak menyombongkan harta yang dititipkan Allah kepadanya. Salomo menegaskan “Berkat Tuhanlah yang menjadikan kita kaya, susah payah tidak menambahinya” (Ams. 10:22). Alasan berikutnya, karena kekayaan itu tidaklah kekal. Tidak ada yang abadi di dunia ini selain ketidakabadian dunia itu sendiri. Dalam Lukas 12:13-34, Yesus juga memberikan pengajaran serupa tentang pentingnya tidak terikat pada kekayaan duniawi. Ia menegaskan bahwa kehidupan orang tidak ditentukan oleh jumlah harta yang dimilikinya, tapi oleh Tuhan. Itu sebabnya Paulus mengingatkan orang kaya supaya jangan berharap dan mengandalkan kekayaan sebagai jaminan hidup sekarang dan masa depan, melainkan pada Tuhan. Karena ia mengamati ada kecenderungan, orang kaya tidak lagi merasa memerlukan Tuhan, jika semua kebutuhan sudah dipenuhi. Jika Anda sudah memiliki cukup harta, bisa membayar biaya berobat, bisa membuat hati senang, maka apakah Tuhan itu masih relevan buat Anda?
Kedua, hidup menjadi penyalur berkat Tuhan. “Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi .” (ay. 18). Selain mengandalkan Tuhan, Paulus juga mengajarkan pentingnya orang kaya melakukan kebaikan, menjadi kaya dalam perbuatan yang baik, dan menjadi dermawan yang murah hati. Ini menyoroti tanggung jawab kita sebagai pengelola yang baik atas segala pemberian Allah. Dengan demikian, kita dapat mengalami kehidupan yang berlimpah dalam kasih dan pelayanan, sambil menempatkan harapan kita sepenuhnya pada Allah yang melimpahkan segala berkat. John Wesley, tokoh gereja Methodis juga memiliki prinsip yang sama tentang mengelola keuangan. Ia menulis, “Gain all that you can gain, save all that you can save, and give all that you can give” (terjemahan bebas: dapatkan semua yang bisa Anda dapatkan, simpan semua yang bisa Anda simpan dan berikan semua yang bisa Anda berikan). Jadi, kekayaan bukanlah tujuan akhir, tetapi hanya alat untuk melakukan kebaikan bagi sesama dan membawa kemuliaan bagi Allah.
Kemudian Paulus mengarahkan perhatian kita kepada janji Tuhan di ayat 19 “Dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya”. Ketika kita menggunakan kekayaan kita dengan bijaksana dan memprioritaskan kebaikan dan pelayanan, kita menaburkan benih yang akan menghasilkan buah yang kekal di surga. Ini mengingatkan kita bahwa investasi yang sejati adalah dalam hal-hal yang kekal dan tidak akan pernah terkikis oleh waktu atau keadaan. Kekayaan bukanlah tujuan akhir, tetapi merupakan sarana yang harus digunakan untuk kesejahteraan sesama dan kemuliaan Allah. Marilah kita berkomitmen untuk menjadi pengelola yang bijaksana atas segala pemberian Allah. Dengan demikian, kita akan mengalami kekayaan yang sejati dalam hidup ini dan hidup yang kekal bersama Tuhan di surga.(SL)
APLIKASI KEHIDUPAN
Pendalaman
Apa yang dapat Anda pelajari tentang sikap hati yang benar dan baik yang seharusnya kita miliki terhadap kekayaan materi yang Tuhan titipkan, sejalan dengan instruksi yang diberikan rasul Paulus?
Penerapan
Bagaimana Anda mengelola dan menggunakan kekayaan materi dengan bijaksana dan bermakna sesuai dengan ajaran firman Tuhan?
SALING MENDOAKAN
Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.