Bagikan artikel ini :

Penerimaan: Yang Kuat & Lemah Dalam Kesatuan (Acceptance: The Strong and The Weak As One)

Roma 15:1-7

EKSPRESI PRIBADI

Suatu pertanyaan retorik, manakah yang kita pilih: Menjadi orang yang kuat atau orang yang lemah? Tanpa ragu kita akan katakan bahwa lemah bukanlah sifat yang diinginkan karena bisa berbahaya dan mati. Lalu seberapa kuatkah Anda? Apakah Anda kuat secara jasmani atau rohani, atau keduanya? Apakah Anda kuat dalam menghadapi godaan fisik tapi lemah dalam menghadapi tekanan mental? Apabila Anda diminta untuk menilai hidup rohani Anda pada skala 1-10, berapa skor Anda? Apakah Anda akan memberi diri Anda angka 8 karena Anda sama baiknya dengan orang lain? Atau apakah Anda akan memberi diri Anda angka 3 karena Anda tahu bahwa Anda belum memenuhi harapan penilaian sesungguhnya dari Tuhan?

Jawablah pertanyaan tersebut secara jujur lalu bagikan dalam kelompok.

EKSPLORASI FIRMAN

Surat Roma pasal 15 dibuka dengan pernyataan, “Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat…” Langsung berkesan bahwa yang kuat membantu yang lemah itu wajib hukumnya. Dari pembukaan pasal 14 juga disampaikan, “Terimalah orang yang lemah imannya…” Rasul Paulus sangat peduli dengan keberadaan jemaat Roma sebagaimana adanya. Dalam Roma 15:1-7, Paulus menggunakan kata ‘kuat’ dan ‘lemah’ untuk menggambarkan orang percaya. Yang “kuat” adalah orang percaya yang telah memahami kebebasan di dalam Kristus. Yang “lemah” adalah orang percaya yang kerohaniannya belum dewasa. Di dalam gereja selalu terdapat dua macam orang seperti ini, namun di dalam kumpulan orang percaya justru ini menjadi tempat di mana yang kuat membantu yang lemah.

  1. Menanggung satu sama lain (ay. 1)

Pembukaan kalimat “Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat” langsung dijelaskan larangan “dan jangan kita mencari kesenangan kita sendiri” (ay. 1). Lanjut ayat 2 ditegaskan, “Setiap orang di antara kita harus mencari kesenangan sesama kita…” lalu ayat 3 diingatkan dengan alasan, “Karena Kristus juga tidak mencari kesenangan-Nya sendiri.” Paulus sedang membahas masalah dasar tentang keegoisan. Ia mengajarkan bahwa kasih itu tidaklah egois dan orang percaya yang kuat bukanlah orang yang egois. Ia menunjukkan apa artinya tidak mementingkan diri sendiri tetapi utamakan orang lain. Hal ini tentu membutuhkan kesabaran. Paulus mengantisipasi pada beberapa kesempatan “menanggung kelemahan orang yang tidak kuat” (ay. 1) itu bakal menguji kesabaran. Yang kuat tidak boleh menyerah, mengendur, atau mundur terhadap yang lemah dengan segala kelemahannya. Kepada jemaat-jemaat di Galatia, Paulus mengidentifikasi kesabaran juga sebagai buah Roh (Gal 5:22) dari orang percaya yang kuat, suatu bentuk kedewasaan rohani.

  1. Membangun satu sama lain (ay. 2)

Ayat 2 diawali, “Setiap orang di antara kita harus menyenangkan sesamanya” tetapi perhatikan kaitannya, “untuk kebaikannya, untuk membangunnya.” Dalam teks ini Paulus ingin yang lemah dalam kerohanian, janganlah putus asa, karena mereka yang kuat sudah semestinya turun tangan untuk membangunnya. Pemahaman yang keliru ketika orang datang ke gereja adalah hanya cari Tuhan saja. Akibatnya orang bisa mengabaikan saudara seiman lainnya dan tidak mau hidup di dalam persekutuan. Yang ‘kuat’ dapat berpotensi justru mengabaikan yang ‘lemah.’ Dietrich Bonhoeffer (1906-1945), seorang pendeta dan teolog, meneguhkan: “Setiap komunitas Kristen harus menyadari bahwa yang lemah tidak hanya membutuhkan yang kuat, tetapi juga bahwa yang kuat tidak dapat hidup tanpa yang lemah. Penghapusan yang lemah berarti matinya persekutuan.” Menyenangkan sesama itu “untuk kebaikannya, untuk membangunnya” (ay. 2).

  1. Mengikat hati satu sama lain (ay. 5-6)

Dalam ayat 5 & 6 kita mendengar Paulus menaikkan doa, “Semoga Allah, yang adalah sumber ketekunan dan penghiburan, mengaruniakan kerukunan kepada kamu, sesuai dengan kehendak Kristus Yesus, sehingga dengan satu hati dan satu suara kamu memuliakan Allah dan Bapa Tuhan kita, Yesus Kristus.” Betapa indahnya andai jemaat bersatu, sehati sepikir, satu tujuan. Sebagaimana ribuan orang berkumpul di stadion sepak bola untuk mendukung tim yang sama dan menginginkan hasil yang sama. Hati mereka terikat oleh tujuan, keinginan, dan fokus yang sama. Mereka ingin memiliki tim yang menang. Inilah kebutuhan orang percaya yang kuat menanggung yang lemah. Yang kuat maupun yang lemah memiliki fokus yang penuh semangat bersama untuk memuliakan Allah. Kita patut bersyukur kepada Bapa yang penuh kasih atas anugerah-Nya di dalam Kristus telah berkenan mempersatukan kita dalam gereja-Nya.

Sebagai kesimpulan sekaligus menjadi ayat mas dari perikop ini adalah ayat 7, “Sebab itu terimalah satu akan yang lain, sama seperti Kristus juga telah menerima kita, untuk kemuliaan Allah.” Ini berarti Kristus telah menunjukkan belas kasihan kepada siapapun yang tidak layak namun diterima-Nya. Sebagaimana Kristus telah menerima kita, maka kita pun harus menerima dan mengasihi satu sama lain. Kita sangat membutuhkan belas kasihan Tuhan dan itu memberi kita alasan untuk fokus: “Penerimaan: Yang Kuat dan Lemah dalam Kesatuan. Misi Yesus Kristus adalah menjangkau semua orang dengan kabar baik dan membawa mereka ke dalam hubungan pemulihan dengan Bapa dan sesama. Berdasarkan apa yang dikatakan Roma 15:1-7 ini tentang menjadi kuat dalam iman, engkau termasuk kelompok yang lemah atau kuat?

APLIKASI KEHIDUPAN

Pendalaman

Apa maksud yang kuat menanggung yang lemah sebagaimana yang Paulus tegaskan?

Penerapan

Bagaimana yang kuat menanggung yang lemah diungkapkan dalam tindakan nyata sebagai bentuk penerimaan? Berikan contohnya!

SALING MENDOAKAN

Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.