Bagikan artikel ini :

Transformational Encounter: From Sorrow to Hope (Perjumpaan yang Mengubahkan : Dari Duka menjadi Penuh Harapan)

Yohanes 20:11-18

EKSPRESI PRIBADI

Sebuah artikel yang dalam majalah Relevant mengangkat data bahwa selama lima tahun terakhir kata Hope (pengharapan) menjadi salah satu kata yang paling banyak dicari di Google. Annie Eisner, penulis artikel tersebut, mengamati fenomena kata Hope yang terus banyak dicari dalam lima tahun ini menunjukkan ada kegelisahan yang terus menerus menghantui kehidupan orang. Hal ini menunjukkan sebuah kondisi kekhawatiran kronis akibat ketidakpastian yang ada di dunia sekitar kita. Apakah Anda mengalami kekhawatiran kronis atau akut sekarang? Bagikan kepada anggota Care Group Anda.

Maria Magdalena mengalami kedukaan mendalam ketika tahu bahwa jasad Yesus menghilang, tetapi duka tersebut berubah menjadi penuh harap. Perjumpaan di minggu Paskah itu bukan hanya mengubah Maria Magdalena, tetapi juga semua murid Tuhan Yesus; sungguh sebuah Perjumpaan yang Mengubahkan.

EKSPLORASI FIRMAN

Penulis Yohanes dengan sengaja ingin menunjukkan bahwa Maria Magdalena adalah murid pertama yang berjumpa dengan Yesus yang bangkit. Perjumpaannya dengan Yesus menjadi sebuah bukti bahwa kehadiran Yesus membawa pengharapan dalam hidup murid-murid-Nya. Hal ini kemudian menjadi pola ketika Yesus menampakkan diri kepada murid-murid lainnya. Mari mengeksplorasi kejadian ajaib ketika subuh di Minggu Paskah tersebut seperti kita juga merayakan Minggu Paskah pada hari ini.

Siapa Maria Magdalena?

Nama "Maria Magdalena" menunjukkan bahwa Maria berasal dari desa di Galilea bernama Magdala. Maria Magdalena pertama kali disebutkan dalam Injil Yohanes ketika ia berada di bawah kaki salib Yesus di bukit Golgota (Yoh. 19:25). Di Injil Lukas, ia disebutkan sebagai salah satu wanita yang melayani Yesus dan telah dibebaskan dari tujuh roh jahat (Luk. 8:2). Meskipun ada penafsiran yang mengaitkan Maria Magdalena dengan perempuan berdosa yang mengurapi kaki Yesus dengan minyak narwastu (Luk. 7:37), Alkitab tidak secara eksplisit menyatakan hal ini.

Kedukaan Maria yang Mendalam

Maria Magdalena memiliki relasi yang dekat dengan Yesus, sehingga ia berani menemani-Nya hingga di kaki salib. Keberaniannya diidentifikasi sebagai murid Yesus menunjukkan besarnya kasih Maria kepada-Nya. Kedekatan ini justru membuat dukanya lebih mendalam ketika mengetahui kematian Yesus.

Dalam tradisi pemakaman Yahudi pada abad pertama, penguburan harus dilakukan dengan hormat dan lengkap. Namun karena keterbatasan waktu sebelum Sabat, pemakaman Yesus dilakukan dengan terburu-buru (Yoh. 19:42). Inilah sebabnya Maria datang pagi-pagi dengan rempah-rempah—untuk melengkapi ritual pemakaman yang belum sempurna.

Maria mengalami duka yang makin mendalam ketika menemukan bahwa tubuh Yesus hilang dari kubur. Kesedihannya terlihat jelas dari jawabannya kepada malaikat (ay. 13) dan kepada Yesus sendiri (ay. 15). Kedukaan ini bahkan menghalanginya mengenali bahwa yang berbicara kepadanya adalah malaikat dan Tuhan Yesus sendiri.

Perjumpaan yang Mengubahkan

Maria yang sangat berduka terus menangis di depan kubur, tetapi semuanya berubah ketika namanya dipanggil, "Maria!" (ay. 16). Panggilan ini sangat penting—Yesus sebagai Gembala Baik mengenal domba-Nya dan memanggil mereka dengan nama (Yoh. 10:3,27). Mendengar namanya dipanggil, Maria langsung mengenali suara Gurunya dan berseru, "Rabuni!" Rasul Yohanes menuliskan panggilan ini dalam bahasa aslinya untuk menunjukkan bahwa ini adalah ungkapan pribadi yang sarat dengan kasih dan hormat dari Maria kepada Yesus.

Perjumpaan dengan sang Guru benar-benar membawa pengharapan baru dalam hidupnya. Perkataan Yesus, "Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu" (ay. 17) menunjukkan bahwa kisah ini belum berakhir. Yesus akan naik ke Surga dan seluruh firman-Nya akan digenapi. Tangis Maria berganti dengan kesaksian yang penuh pengharapan dan keyakinan.

Perjumpaan dengan Yesus yang bangkit mengubah kehidupan para murid secara dramatis. Seperti dikatakan Gary R. Habermas, seorang peneliti Perjanjian Baru, perubahan drastis dari para murid yang meninggalkan Yesus karena takut menjadi murid yang berani menderita bahkan mati bagi-Nya merupakan bukti kuat bahwa kebangkitan Yesus benar-benar terjadi dalam sejarah (1 Kor. 15:3-8). Yesus yang bangkit benar-benar membangkitkan harapan dalam kehidupan para murid yang tadinya penuh duka.

Perjumpaan dengan Yesus di hari Paskah

Kondisi dunia di seputar Paskah tahun ini tidak lebih baik dari kondisi yang menyelimuti para murid Yesus waktu itu. Namun, Tuhan Yesus yang bangkit pada pagi tersebut tidak berubah. Ia tetap Yesus yang sama yang dapat secara ajaib mengubah hidup penuh duka menjadi penuh harap. Yesus memang tidak hadir secara fisik tetapi Ia terus bersama kita dalam Roh hingga akhir zaman (Mat. 28:20).

Undanglah Yesus untuk kembali masuk ke hatimu di hari Paskah ini dan rasakan kuasa-Nya bekerja membawa pengharapan kekal. Berdoalah kepada Yesus yang telah bangkit, bawalah segala pergumulan dalam doa dan hadapilah hidup dengan kuasa kebangkitan-Nya. Ingatlah bahwa kebangkitan Yesus adalah dasar kita percaya dan berharap (1 Kor. 15:14).     [JP]

APLIKASI KEHIDUPAN

Pendalaman

Pengharapan apa yang dibangkitkan dalam kehidupan para murid ketika Yesus bangkit?

Penerapan

Pernahkah Anda mengalami “perjumpaan yang mengubahkan” dengan Tuhan Yesus?

SALING MENDOAKAN

Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain