What A Christian Father Should Do? (Apa Yang Harus Dilakukan Ayah Kristen?)
Ayub 1:1-5
EKSPRESI PRIBADI
Salah satu film yang dibintangi oleh Hugh Jackman (pemeran “Wolverine” dalam X-Men) berjudul Real Steel merupakah salah satu film yang layak untuk ditonton yang mengingatkan kita bahwa untuk menjadi seorang ayah yang bertanggung jawab tidaklah mudah. Namun yang tidak mudah itu bukan berarti mustahil terjadi. Pada akhirnya, pemulihan relasi terjadi, antara seorang ayah yang adalah mantan petinju ini, untuk belajar berani bertanggung jawab dengan anak laki-lakinya yang berusia 11 tahun. Pesan moral film Real Steel sungguh menantang para ayah untuk berani bertanggungjawab dengan mengakui kesalahan, meminta maaf, dan bahkan berdoa sebelum melakukan sebuah pertarungan tinjunya melalui robot. Dengan tag line "Courage is stronger than steel", film ini mengingatkan para penontonnya bahwa keberanian bukanlah tentang mengangkat tinju dan merobohkan orang lain, namun tentang kesediaan untuk bertanggung jawab. [kutipan: https://www.jawaban.com/read/article/id/2011/11/03/30/120306114709/Real-Steel,-Film-Untuk-Para-Ayah-Pemberani]
EKSPLORASI FIRMAN
Melalui perikop Ayub 1:1-5, kita pun dapat melihat hal serupa dari teladan hambaNya di Perjanjian Lama, sebagaimana Ayub telah menjalankan apa yang seharusnya dia lakukan sebagai imam di tengah hidup keluarganya. Sebagai ayah, Ayub telah memberikan 2 aspek penting tentang pengajaran menjadi seorang imam keluarga yang bertanggung jawab, yaitu baik dari dimensi “being”, maupun dari dimensi “doing” nya.
- Bertanggung jawab menjadi pribadi imam (being) di tengah keluarga
Secara dimensi “being”, dicatat bagaimana sebagai seorang ayah, Ayub telah memberikan sebuah keteladanan hidup yang baik bagi keluarganya. “orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan” (1:1). Saleh artinya secara moral hidup nya benar. Jujur artinya hidupnya lurus dan tidak “neko-neko.” Secara penjelasan akan hidup spiritualnya, Ayub adalah seorang yang takut akan Tuhan. Frase kunci disini adalah “takut akan Tuhan”. Jadi, Ayub bukanlah tipe suami yang takut isteri atau anak-anaknya, tetapi dia lebih takut berbuat kejahatan, karena dia memiliki hati yang takut akan Tuhan. Inilah modal utama menjadi imam keluarga. Inilah gambaran dampak dari seorang ayah yang hidup ibadahnya OK dan dilakukan secara konsisten. Secara hatinya pasti akan selalu dipenuhi tekad untuk menjaga hati kudus, suci, dan menjauhi hal-hal yang jahat sebab ada hati yang takut akan Tuhan. Intinya, tokoh Ayub ini adalah contoh pribadi (being) yang bertanggung jawab atas hidup spiritualnya. Dia berintegritas di hadapan Tuhan sehingga dia pun secara otomatis menjadi berintegritas di hadapan keluarganya.
- Bertanggung jawab menjalankan fungsi imam (doing) di tengah keluarga
Secara dimensi “doing”, dicatat bagaimana sebagai seorang ayah, Ayub telah melaksanakan fungsi keimamannya dengan mempersembahkan korban bakaran sejumlah anak-anaknya, apabila sedang diadakan hari-hari pesta keluarga. Hal ini dilakukannya secara konsisten, agar anak-anaknya terlindung dari murka Allah (seandainya sudah berbuat dosa atau mengutuki Allah di dalam hati mereka, saat berpesta) sehingga hidup seluruh keluarganya dapat tetap terjaga benar, kudus dan tetap diperkenan oleh Tuhan. “Ayub memanggil mereka dan menguduskan mereka…lalu mempersembahkan korban bakaran…demikian dilakukan Ayub senantiasa” (1:5) Kata “senantiasa” menjadi sangat penting disini, sebab Ayub menjalankan fungsi keimamannya (doing) secara konsisten dan senantiasa, tidak berdasarkan mood atau sesuka hatinya (tidak bertanggung jawab).[CK]
APLIKASI KEHIDUPAN
Pendalaman
Tantangan apa yang selama ini menghambat seorang ayah dapat memainkan peran pentingnya sebagai seorang imam di tengah keluarganya?
Penerapan
Sebagai seorang istri atau anak-anak, hal apa yang dapat kita lakukan untuk mendukung para ayah agar semakin bertanggung jawab sebagai imam keluarga?
SALING MENDOAKAN
Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.