Wisdom: Sharpening The Arrows (Hikmat: Menajamkan Anak-anak Panah)
Mazmur 127:3-5
EKSPRESI PRIBADI
Dalam kompetisi memanah, hal yang paling penting untuk dilakukan sebelum berkompetisi adalah menajamkan anak-anak panah yang akan dipakai untuk memanah. Kalau “anak-anak” panah yang digunakan tidak tajam, maka kemungkinan untuk kalah dalam kompetisi itu sangatlah besar dan panah yang dilepaskan tidak akan menancap pada sasaran dengan kuat. Jika seorang pemanah tidak teliti dalam mempersiapkan elemen “anak-anak panah” ini, maka akan terjadi kegagalan atau kesalahan besar di depan yang menanti dari si pemanah ini. Demikian juga dengan kehidupan keluarga kita di dalam Tuhan, setiap elemen-elemen dalam keluarga, baik suami, istri dan anak-anak harus dipersiapkan dan membentuk suatu relasi yang kuat sehingga tidak terjadi kegagalan atau kesalahan di kemudian hari karena salah satu elemen dalam keluarga tidak ditajamkan dalam hikmat Tuhan.
Sharingkan bagaimana kondisi relasi antara anggota keluarga masing-masing secara khusus ketika menghadapi pandemi covid-19 ini!
EKSPLORASI FIRMAN
Dalam Mazmur 127:1-5, Pemazmur sedang membahas tentang keluarga dan keterlibatan Tuhan dalam sebuah keluarga. Allah sangat concern dengan keluarga yang adalah unit terkecil dalam kehidupan bangsa dan negara. Mengapa? Karena keluarga yang berhikmat akan menghasilkan bangsa dan negara yang kuat dan tangguh.
Kata yang berulang dalam Mazmur 127 ini dapat kita lihat bersama adalah kata “sia-sia” yang dituliskan sebanyak 3 kali perulangan dan inilah yang hendak ditekankan oleh pemazmur bahwa tanpa Tuhan, semua usaha manusia adalah kesia-siaan. Usaha yang dilakukan oleh manusia jika mengabaikan Tuhan dan menggunakan hikmat sendiri, maka pada akhirnya hanya akan menjadi sebuah kesia-siaan belaka. Pemazmur ingin memberikan sebuah pertanyaan refleksi kepada setiap kita yaitu seberapa besar kita menyertakan Tuhan dalam hidup kita? Bukan hanya sekadar menyertakan Tuhan, melainkan apakah kita merasakan Tuhan bekerja dalam segala hal dalam hidup kita?
Pada Mazmur 127:3 memberikan perspektif teologis untuk memahami sebuah elemen penting dalam keluarga, yaitu anak. Anak dalam sebuah keluarga bukan sekadar hasil dari sebuah proses penyatuan antara laki-laki dengan perempuan. Sejatinya, anak adalah pemberian Allah yang sangat berharga bagi sebuah keluarga. Anak juga disebut sebagai milik pusaka (Mzm. 127:3a), sebuah hadiah untuk orang-orang yang dicintai-Nya (Mzm 127:3b). Lebih dalam lagi jika kita melihat Mazmur 127:4, pemazmur memberikan penggambaran tentang anak itu seperti sebuah anak panah di tangan pahlawan. Dalam konteks peperangan zaman dahulu, seorang pemanah harus memiliki keahlian dalam membidikkan panah dengan tepat dan tentunya anak panah yang diluncurkan harus ada dalam keadaan yang tajam. Tidak hanya itu, seorang pemanah juga harus memiliki banyak anak panah (Mzm. 127:5a) karena pertempuran atau peperangan tidak terjadi sesaat melainkan berlangsung sangat lama sehingga dibutuhkan banyak anak panah untuk memenangkan pertempuran. Penggambaran ini mengajak kita untuk melihat bahwa demikianlah dengan orang tua yang memiliki anak yang lahir pada masa muda mereka. Orang tua mendidik anak yang adalah anugerah Allah itu dengan hikmat dari Tuhan di masa mudanya sehingga di masa tua, orangtua tidak akan akan dipermalukan karena anaknya tidak didik di dalam hikmat Tuhan. Orang tua yang bijaksana adalah orang tua yang menanamkan prinsip-prinsip hidup Kristus kepada anak-anaknya di masa mudanya.
Yang menjadi pertanyaan untuk terus dipikirkan oleh setiap kita sebagai orang tua yang dititipkan anak dalam keluarga adalah apakah kita sudah mendidik anak kita dengan sebaik-baiknya di masa mudanya? Apakah kita sudah mempersiapkan anak kita untuk menjadi pengikut Kristus dengan nilai hidup dan karakter yang sesuai dengan Kristus? Apakah selama ini kita sudah menempatkan Tuhan dalam keluarga kita dengan benar? Keluarga yang diberkati Tuhan adalah bukan keluarga yang tidak dipenuhi dengan kegagalan dan kelemahan, melainkan keluarga yang dipenuhi dengan hikmat Tuhan dan karakter Tuhan yang dijalankan mulai dari orang tua sampai kepada anak-anak yang dititipkan di dalam keluarga. Marilah datang kepada Tuhan, sebab Dia mampu memulihkan keluarga kita dan mencurahkan berkat-Nya atas keluarga kita masing-masing.[HH]
APLIKASI KEHIDUPAN
Pendalaman
Seperti apa persfektif pemazmur memandang seorang anak? Gambaran seperti apa yang digunakan dan apa maknanya?
Penerapan
Adakah hal-hal di dalam hidup kita yang seringkali membuat kita sulit untuk menjadi teladan dalam keluarga kita masing-masing? Sharingkan!
SALING MENDOAKAN
Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.