Yesus model kerendahan hati
Yohanes 13:1-17
EKSPRESI PRIBADI
Setiap kita pasti ingin dan selalu berusaha untuk memastikan dirinya berada di prioritas yang utama. Kita bisa melihat dari semenjak kecil, kita pasti menginginkan irisan kue yang paling besar daripada saudara-saudara kita, tempat parkir paling baik untuk mobil kita, foto kita yang harus terlihat lebih baik daripada orang lain, dan bahkan kursi yang paling nyaman di setiap ruangan yang kita masuki, termasuk di dalam gereja. Kita akan selalu menempatkan diri kita sendiri di atas kepentingan orang lain. Terlebih lagi di dalam perkembangan zaman yang mengajarkan kita untuk menjadikan diri kita menjadi pusat perhatian banyak orang, apa yang kita gunakan, apa yang kita makan, kemana kita pergi dan apa yang kita sedang lakukan seakan-akan mendukung bahwa AKU lah "TOKOH UTAMA" di dalam dunia ini, dan semua orang termasuk TUHAN adalah pemeran figuran.
EKSPLORASI FIRMAN
Ketika kita memperhatikan bagian Firman Tuhan dari Yohanes 13:1-17 justru apa yang diajarkan dan diteladankan Tuhan Yesus kepada para murid-Nya berbeda dengan apa yang saat ini sedang terjadi. Tuhan Yesus bukan hanya menyampaikan teori tetapi DIA juga menunjukan praktik yang nyata kepada para murid. Persitiwa pembasuhan kaki menjadi pengalaman yang tidak pernah terlupakan oleh para murid Tuhan Yesus. DIA memutarbalikkan konsep para murid (dan juga diri kita semua) tentang harga diri dan egosentris. Melalui pembasuhan kaki Tuhan Yesus ingin meneguhkan perkataanNya dalam Matius 20:26-28, "Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka diantara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu…Anak Manusia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani dn untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang". Jadi yang ingin diajarkan oleh Tuhan Yesus kepada murid-muridNya adalah tentang memiliki sikap rendah hati, khususnya sebagai seorang murid Kristus.
Di tengah-tengah mentalitas egois, mentalitas menjaga harga diri, Tuhan Yesus menerobos semua, Dia membasuh kaki mereka. Alkitab memberikan gambaran yang begitu indah dalam detail yang dicatat Yohanes: Tuhan Yesus membuka jubah-Nya (gambaran kebesaran-Nya), meletakkan jubah-Nya, mengikat pinggang-Nya -- gambaran seorang budak yang siap bekerja -- mengambil sebuah basi, lalu mulai merangkak di bawah kaki murid-murid-Nya membasuh kaki mereka. Demikian dengan kita di zaman ini, di tengah keadaan semua ingin menjadi pusat perhatian, semua mau menjadi prioritas semua orang, Tuhan Yesus datang menjadi seorang hamba yang siap melayani kita, yang tidak pernah mementingkan kepentingan-Nya sendiri, yang selalu siap berkorban demi kita manusia berdosa. DIA memberikan gambaran yang nyata tentang kerendahan hati kepada setiap kita sebagai murid-muridNya di masa ini.
Pertanyaannya bagaiaman kita bisa memiliki sikap rendah hati di tengah tuntutanan zaman yang mengajarkan dan mengajak kita untuk mementingkan diri sendiri?
Pertama sekali, harus di dasari oleh kasih yang tulus - True love is selfless. It is prepared to sacrifice. Jika kita mencintai seseorang dengan sungguh-sungguh, kita pasti berani berkorban demi kekasih atau orang yang kita kasihi, dan akan selalu mementingkan atau memprioritaskan orang yang kita kasihi. Untuk mencuci kaki orang lain, maka seseorang harus mengambil tempat yang rendah. Sangat tidak mungkin mencuci kaki orang lain dilakukan dengan berdiri. Bahkan hal ini tidak akan pernah terjadi jika kita merasa sombong, merasa "lebih tinggi", "lebih besar" dari orang yang akan kita cuci kakinya. Bahkan yang lebih penting lagi, seperti disebutkan dalam Yohanes 13:1, Yesus melakukan semuanya ini karena Dia mengasihi murid-murid-Nya. Karena kasih juga, Yesus juga mencuci kaki Yudas, sekalipun Dia tahu bahwa Yudas akan mengkhianati-Nya. Karena itulah, di dalam prinsip melayani Tuhan, kasih kepada Tuhan yang harus menjadi motivasi setiap kita. Ketika kita sungguh-sungguh mengasihi Tuhan, kita berani berkorban tenaga, uang, waktu, bahkan diposisi yang mungkin di mata manusia sepele, tetapi ketika motivasi kita untuk mengasihi Tuhan, menjadi besar di mata Tuhan. Sebab jika bukan kasih kepada Tuhan yang menjadi orientasi kehidupan dan pelayanan kita maka kita akan kehilangan makna pelayanan itu sendiri. Kemuliaan bukan hak kita tetapi itu adalah hak Tuhan.
Kedua, meneladani Tuhan Yesus. Jika kita memperhatikan Ayat 13-14 "Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu". Menarik bahwa di sini ada kata-kata yang ditata berbeda. Ayat 13 dikatakan 'kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan' tapi di ayat 14 Yesus menempatkan dengan benar 'Aku yang adalah Tuhan (Kurios) dan Gurumu'. Ini bukan sekedar pengulangan kata yang sama 'Guru, Tuhan' dan 'Tuhan, Guru', tapi di sini Tuhan mau mengatakan, 'lihat, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, Kurios, Pemilik hidupmu, berdiri di depan kamu membasuh kakimu, maka tidak ada yang terlalu berat yang kamu lakukan'. Keteladanan Kristus melalui sikap rendah hatinya amatlah indah, dan seharusnya dapat kita aplikasikan di dalam kehidupan kita sehari-hari, baik di dalam keluarga, pekerjaan dan juga di dalam gereja. Seorang yang rendah hatinya akan lebih mudah di bentuk hatinya, seorang yang rendah hati akan selalu membutuhkan dan mengandalkan Tuhan, tetapi orang yang congkak akan selalu merasa mampu melakukan segala sesuatu sendiri dan akan sulit untuk dibentuk. [SA]
APLIKASI KEHIDUPAN
(PROFIL MURID : KRISTUS, KARAKTER, KOMUNITAS, KELUARGA & KESAKSIAN)
Pendalaman
Bagaimana dengan keadaan karakter Anda di tengah zaman ini? Apakah Anda tetap menjadikan Tuhan sebagai yang utama dalam hidup Anda? Atau Andalah yang saat ini menjadi prioritas utama ?
Penerapan
Hambatan apa saja yang membuat Anda pada akhirnya sulit mempunyai karakter atau sikap rendah hati seperti Kristus ?
SALING MENDOAKAN
Akhiri Care Group Anda dengan saling mendoakan satu dengan yang lain.