3D (design, desire, destiny)
Sebagai manusia, ada sejumlah kondisi hidup yang kita sama sekali tidak memiliki kuasa untuk menentukan atau menghindarinya. Misalnya, kita tidak bisa memilih keluarga tempat kita dilahirkan: di keluargakaya atau miskin, keluarga dengan pendidikan tinggi atau kurang berpendidikan, harmonis atau hancur-hancuran, dengan orangtua yang sudah percaya Kristus atau belum. Kita juga tidak bisa memilih suku, wilayah atau negara apa yang menjadi tempat kelahiran kita. Bukan hanya itu, tetapi ciri fisik yang melekat dalam diri kita pun tidak bisa kita pilih, apakah berkulit putih atau coklat, rambut lurus atau keriting, bahkan juga apakah kita lahir dengan kelengkapan diri yang normal atau memiliki cacat secara fisik atau mental. Demikian pula bakat bawaan apa yang kita miliki pun tidak bisa kita tentukan sejak lahir, sangat bergantung kepada gentika keluarga dan sebagainya.
Karena kita adalah orang percaya, maka kita tahu bahwa kondisi semacam itu adalah kondisi yang diizinkan oleh Allah dalam kedaulatan-Nya bagi kita, yang telah menciptakan kita menurut gambar dan rupa-Nya. Rancangan semula Allah tentunya adalah kesempurnaan sehingga ketika kita melihat ada ketidaksempurnaan di dalam ciptaan-Nya, maka dari Alkitab kita tahu bahwa itu adalah efek dari dosa yang hadir sejak nenek moyang kita Adam dan Hawa.
Ketika kita percaya kepada Yesus sebagai Juruselamat, maka Roh Kudus diberikan kepada kita. Bukan hanya itu, tetapi Allah juga memberikan kepada setiap anak-Nya karunia rohani yang dapat dipakai untuk pertumbuhan Tubuh Kristus (misalnya, mengajar, berkhotbah, memberi tumpangan dan sebagainya). Karunia itu juga diberikan sesuai kehendak Allah, baik dalam bentuk maupun jumlah atau intensitasnya.
Dengan melihat kondisi kita sejak lahir maupun sejak lahir baru, hal apa saja yang perlu kita perhatikan supaya hidup kita dapat dipimpin oleh Roh Kudus agar menjadi pribadi Kristen yang semakin efektif? Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan.
Pertama, design. Secara sederhana yang dimaksudkan dengan desain adalah rancangan unik Sang Pencipta dalam diri kita. Walaupun kita diciptakan segambar dan serupa dengan-Nya, tetapi Allah menciptakan setiap kita secara unik dan spesial. Dua orang yang secara biologis adalah kembar identik pun akan tetap berbeda secara kepribadian atau secara fisik. Allah tidak sekadar menciptakan manusia sebagaimana Dia menciptakan bagian alam semesta lainnya, tetapi Allah merancang kita. Itu berarti di dalam proses penciptaan ada rencana, tujuan dan keinginan-Nya yang khusus bagi setiap manusia.
Desain menentukan fungsi dan tujuan hidup kita. Gelas didesain untuk menampung air yang digunakan untuk minum. Tetapi kita juga tahu bahwa gelas dapat diisi dengan pasir, diberi kelereng, digunakan sebagai hiasan meja atau sebagai pot tanaman hias. Hal ini memang tidak salah tetapi penggunaannya tentu tidak sesuai dengan maksud asli dari pendesain gelas itu sendiri.
Jadi, penting sekali bahwa kita bukan sekadar menemukan desain diri kita, tetapi bagaimana kita hidup sesuai dengan desain yang telah Allah berikan untuk hidup kita. Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan untuk melihat apakah hidup kita sudah sesuai dengan tujuan Allah, misalnya apakah yang kita lakukan berguna, berdampak dan menguntungkan orang lain, apakah kita menikmati apa yang kita lakukan, apakah yang kita hasilkan luar biasa atau di atas rata-rata.
Kedua, desire. Desire (disebut juga passion) adalah kerinduan terdalam yang berasal dari Tuhan yang ada di dalam diri manusia. Berbeda dengan ‘keinginan’ yang sifatnya tidak tetap dan cenderung berubah sesuai dengan kondisi,desire akan selalu membara dalam diri seseorang sampai kapan pun dan dalam kondisi apa pun. Beberapa ciri desire antara lain adalah: a) desireadalah karunia Tuhan. Tuhan tidak menciptakan masing-masing dari kita untuk melakukan segala sesuatu, tetapi untuk suatu tujuan khusus yang dimanifestasikan dalam bentuk desire, b) desireselalu ada dalam diri sejak lahir. Bentuknya bisa berubah, tetapi selalu ada disana, tidak akan hilang sampai tergenapi; c) desire menjadikan kita menikmati sesuatu ketika mengerjakannya, bahkan ketika itu harus dilakukan dengan membayar harga (waktu, tenaga, dsb.)
Ketiga, destiny. Setiap dari kita diciptakan untuk sebuah tujuan ilahi: “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau supaya kita hidup di dalamnya” (Efesus 2:10). Desain kita menentukan tujuan Allah bagi kita. Ketika menemukan desain unik kita, maka akan lebih mudah untuk mengerjakan tujuan Allah tersebut. Destiny diibaratkan seperti harta karun yang terpendam secara misterius, sementara design dan desire adalah peta yang menunjukkan lokasinya. Ketika kita memiliki “peta” tersebut dan mengikutinya, maka kita akan lebih cepat sampai dan menemukan harta karun tersebut.
Perbedaan yang kita temukan diantara manusia bukanlah sesuatu yang harus dipertentangkan, karena perbedaan itu memang diciptakan oleh Allah sendiri sebagai Pencipta. Perbedaan seharusnya mendorong kita untuk saling melengkapi dan menolong satu sama lain. Yang harus kita lakukan adalah:
Pertama, mencari design, desire dan destiny kita masing-masing. Masing-masing dari kita pasti memiliki tujuan yang berbeda dan spesifik. Allah sudah mendesain kita dan memberikan desire kepada kita untuk menjalankan tujuan-Nya. Karena itu, tugas kita adalah menemukan “tujuan hidup” melalui “keunikan pribadi” dan juga “passion” di dalam diri kita masing-masing.
Kedua, fokus pada hal-hal yang menyatukan. Walaupun kita diciptakan secara berbeda, ada hal-hal yang menyatukan kita. Hal ini sesuai perkataan Paulus bahwa kita adalah satu tubuh, dengan Kristus sebagai Kepala dari Tubuh (satu Tuhan, satu Allah, satu Baptisan, satu Iman, satu Roh, dsb.).
Kita memang memiliki kondisi awal dari lahir yang berbeda dan juga memiliki karunia rohani yang berbeda-beda namun kita tidak boleh merasa bahwa kondisi bawaan lahir ataupun karunia rohani kita lebih superior dari yang lain atau sebaliknya merasa demikian inferior, karena semuanya diizinkan dan diberikan oleh Allah yang sama sesuai kedaulatan dan tujuan-Nya bagi setiap kita. Kita justru perlu saling melengkapi dan saling membantu karena kita diikat oleh kepentingan yang sama yaitu untuk menjalankan pekerjaan Allah di tengah dunia. Tuhan menolong kita.
Catatan: ditulis berdasarkan buku: 3D of My Life; Design, Desire, Destiny oleh Ichwan S. Chahyadi