7 Covenant
“Perjanjian” (Inggris: Covenant) adalah salah satu kata yang paling sering dikumandangkan dalam Alkitab. Seluruh sejarah keselamatan dinaungi oleh tema perjanjian dimana TUHAN mengadakan perjanjian dengan umat-Nya untuk menyelamatkan mereka. Ada tujuh perjanjian yang TUHAN adakan.
Perjanjian pertama adalah perjanjian dengan Adam. Para teolog biasanya memberi nama perjanjian pertama ini “Perjanjian Kerja” (Covenant of Works) atau “Perjanjian Penciptaan” (Covenant of Creation) karena diadakan sesudah penciptaan sebelum manusia jatuh dalam dosa. Perintah umum di dalam perjanjian ini adalah untuk manusia bekerja (Kej. 2:15), beranak cucu (1:28), dan memelihara Sabat (2:2-3). Perintah khususnya adalah untuk tidak makan buah pengetahuan yang baik dan jahat (2:16-17). Cukup mudah, tetapi kenyataannya manusia gagal!
Ketika manusia jatuh ke dalam dosa, TUHAN tidak serta-merta meninggalkan mereka. Ia tetap mengadakan perjanjian dengan mereka. Oleh sebab itulah keenam perjanjian sisanya dikategorikan sebagai “Perjanjian Anugerah” (Covenant of Grace) karena diberikan berdasarkan anugerah-Nya semata yang akan menyelamatkan manusia dari dosa. Sekali lagi TUHAN mengadakan perjanjian dengan Adam. Ia berjanji bahwa Ia akan mengalahkan Iblis melalui keturunan perempuan (3:15). Perjanjian kedua ini memulai sejarah keselamatan sehingga para teolog menamakannya “Perjanjian Permulaan” (Covenant of Commencement).
Namun manusia bukannya membaik, tetapi malah makin buruk. Dimulai dari pembunuhan Habel sampai kebobrokan dalam Kejadian 6:1-5, TUHAN akhirnya menghapuskan manusia dengan air bah. Namun sesudah Ia menyelamatkan Nuh, Ia masih di dalam anugerah-Nya, berjanji bahwa Ia tidak akan lagi memusnahkan manusia dengan air bah (9:9-11). TUHAN juga menghendaki agar segala ciptaan, baik hewan maupun manusia, tidak membunuh manusia. Karena perjanjian ketiga ini berkaitan dengan pemeliharaan nyawa manusia, para teolog menamakannya “Perjanjian Pemeliharaan” (Covenant of Preservation).
Ketiga perjanjian yang paling awal adalah perjanjian yang cakupannya luas. Tidak hanya atas seluruh manusia tetapi juga seluruh ciptaan. Namun TUHAN menghendaki bahwa anugerah keselamatan-Nya tidak terjadi serta-merta, melainkan melalui satu bangsa, yakni keturunan Abraham. Kita tidak akan bisa mengerti mengapa TUHAN memilih Abraham dan keturunannya, selain karena anugerah semata. TUHAN berjanji Abraham akan memiliki banyak keturunan (Kej. 15:1-6) meski ia dan istrinya mandul, dan memberi keturunannya tanah (15:7-21) meski ia hidup nomaden sesudah meninggalkan kampung halamannya. Para teolog menyebut perjanjian keempat ini “Perjanjian Janji” (Covenant of Promise). Mulai dari perjanjian keempat dan seterusnya, perjanjian TUHAN difokuskan kepada umat-Nya saja. Meski demikian, perjanjian TUHAN tidak berhenti pada umat saja (dalam hal ini keturunan Abraham), melainkan supaya “olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat” (12:3).
Keluarga Abraham pun bertambah besar dan TUHAN sekali lagi mengadakan perjanjian dengan mereka dengan diwakili Musa di Gunung Sinai (Kel. 19:5-8). Ia menjadikan mereka umat kesayangan-Nya! Sebagai bukti, TUHAN memberikan mereka Taurat, oleh karena itulah perjanjian kelima ini disebut “Perjanjian Hukum” (Covenant of Law). Di masa modern, pemberian hukum dianggap seolah TUHAN mengatakan, "kalau kamu bisa menuruti semua hukum ini, baru kamu bisa diselamatkan!" Ini tidak benar. TUHAN telah menyelamatkan mereka dari Mesir dan membawa mereka kepada-Nya, bahkan sebelum mereka sanggup menaati Taurat. Pemberian hukum adalah anugerah TUHAN karena TUHAN ingin umat tahu bagaimana caranya hidup bersama-Nya.
Waktu berlalu dan kini keluarga Abraham menjadi sebuah kerajaan. TUHAN pun mengadakan perjanjian dengan keluarga Daud bahwa tahta kerajaannya akan kokoh selama-lamanya (2 Sam 7). Karena berkenaan dengan kerajaan, perjanjian keenam dinamakan “Perjanjian Kerajaan” (Covenant of Kingdom)
Namun, kita tahu bahwa keluarga Abraham tidak setia pada perjanjian TUHAN. Sama seperti yang dilakukan Adam, bangsa Israel mengingkari ketiga perjanjian tersebut. Mereka hidup berdosa di hadapan TUHAN, tidak menjaga hukum-hukum-Nya, bahkan banyak raja jahat lahir dari keturunan Daud. Tetapi TUHAN yang setia menyampaikan janji-Nya melalui Nabi Yehezkiel bahwa Ia sendiri yang akan memperbaharui ketiga perjanjian tersebut (Yeh. 37:24-25). Kapan ini digenapi?
Dalam perjamuan terakhir, Tuhan Yesus mengatakan, “cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku” (Luk. 22:19). Inilah perjanjian ketujuh dan yang terakhir. Kini tidak hanya keturunan Abraham secara fisik, melainkan seluruh bangsa diundang untuk masuk ke dalam perjanjian TUHAN. Yesus Kristus adalah Raja kita yang kekal dari keturunan Daud, menggenapi perjanjian dengan Daud. Ia memuaskan seluruh tuntutan Taurat dan memberikan kita perintah yang baru, menggenapi perjanjian dengan Musa. Oleh kematian-Nya Ia menyelamatkan kita dan dengan demikian menjadi berkat bagi segala bangsa, menggenapi perjanjian dengan Abraham. Karena sifatnya memperbaharui perjanjian yang telah diigkari, para teolog menamakan perjanjian ini “Perjanjian Baru” (New Covenant). Rasul Paulus berkata bahwa TUHAN tetap setia meski kita tidak setia (2 Tim 2:13). Maukah kita yang telah menjadi umat-Nya hidup setia kepada-Nya? * (DO).